Menu
  • beranda
  • cermin
  • penulis
cermin

cermin.

hidup. bukan cuma sibuk.

Category: Jurnal

Herry
Manusia Ilahi dipercaya sebagai wakil Allah di alam semesta, selain sebagai segel alam semesta juga sebagai pintu bagi alam semesta untuk melihat Sang Pencipta, mengenal-Nya; kehadiran Keindahan dan Kekuasaan Ilahi yang membayang dalam diri insan Ilahi merupakan jembatan rahmat (penolong) bagi alam semesta untuk berjalan mengenal-Nya, insan Ilahi adalah tangan Kepemurahan-Nya (surratur-Rahmaan) yang membawa seluruh alam semesta menjadi peningkat derajatnya. Inilah amanah yang diembankan kepada insan Ilahi yang dipercaya sebagai ruh dan cahaya kehidupan bagi seluruh alam semesta, semuanya adalah cermin yang saling berhadap-hadapan, seimbang tanpa cacat.

Struktur Insan Dalam Al-Qur’an dan Hadits : Misykat Cahaya-cahaya

Publish DateOctober 19, 2006Leave a comment

Manusia Ilahi dipercaya sebagai wakil Allah di alam semesta, selain sebagai segel alam semesta juga sebagai pintu bagi alam semesta untuk melihat Sang Pencipta, mengenal-Nya; kehadiran Keindahan dan Kekuasaan Ilahi yang membayang dalam ... || babarkan

Herry
Secara singkat dapat dikatakan bahwa tashawwuf memiliki suatu pandangan dunia (weltanschauung) yang melihat bahwa realitas terdiri dari hierarki ontologis dengan dunia terestrial hanyalah salah satu dan yang terbawah dari urutan hierarki tersebut. Dalam pandangan dunia hierarki ini, tentu saja, Tuhan pada Diri-Nya sendiri diidentifikasi sebagai Sumber Tertinggi dan Prinsip dari segala realitas yang berada di bawah-Nya, sedangkan segala sesuatu selain Tuhan didefinisikan sebagai makhluk-Nya atau kosmos. Namun demikian, pemisahan antara Tuhan dengan kosmos, atau Khaliq dengan makhluk, nampaknya tidak bersifat ontologis, melainkan lebih sebagai kenyataan kemasuk-akalan (ma'quliyat atau rasional).

Subjektivitas dalam Tasawuf: Konsepsi Ibn ‘Arabi tentang Tuhan, Kosmos dan Penemuan Diri

Publish DateMay 9, 2006Leave a comment

Secara singkat dapat dikatakan bahwa tashawwuf memiliki suatu pandangan dunia (weltanschauung) yang melihat bahwa realitas terdiri dari hierarki ontologis dengan dunia terestrial hanyalah salah satu dan yang terbawah dari urutan hierarki tersebut. Dalam ... || babarkan

Herry
Sebagai seorang ulama yang berjasa membuat jembatan antara aspek dzahir dan batin, syari’at dan tashawwuf (ihsan) bagi umat Islam umumnya, Imam Al-Ghazali ra sangat memperhatikan pengetahuan tentang struktur insan, yaitu pengetahuan manusia terhadap dirinya sendiri. Hal ini dikarenakan pengetahuan yang benar tentang struktur insan merupakan platform (landasan, sistem operasi) bagi tumbuhnya keberagamaan yang utuh sehingga seorang muslim dapat memulai keislamannya dengan arahan yang jelas dan nyata di mana dia akan adil dalam mendayagunakan segala potensi pencarian kebenaran yang Allah hadirkan dalam dirinya baik yang melekat pada aspek jasadiahnya seperti pikir dan nalar (logika), maupun yang melekat pada aspek bathiniahnya seperti petunjuk Allah, nur ilmu (ilmu ladunni) dan ilmu tasawwur. Karena itu bahasan mengenai struktur insan sesungguhnya amat bertaburan dalam khazanah Imam Al-Ghazali, meski sering beliau samarkan dan tegaskan bahwa walayah beliau tidak dalam membahas masalah ini sampai ke detil dan inti permasalahan. Atau seperti beliau katakan sendiri, “Lagi pula tujuan kami hanya membicarakan sifat-sifatnya dan hal-ihwalnya, bukan memperbincangkan hakikat dzatnya, sebab ilmu mu’amalah hanya mengenal sifat-sifatnya dan hal-ihwalnya, bukan hakikat.” Namun demikian, kita tetap bisa mendapatkan suatu gambaran yang utuh tentang struktur insan. Hanya saja karena beliau banyak mengkhususkan diri dalam masalah mu’amalah dan menjembatani hubungan antara aspek dzahir dan bathin dari Islam, maka bahasa yang beliau gunakan juga berupa bahasa mu’amalah dan ‘jembatan’.

Struktur Insan

Struktur manusia adalah struktur berbagai alam dan bagian-bagiannya. Tentu saja hal ini tidak dalam bentuk penampakannya, tapi lebih pada unsur-unsur penyusunnya, inter relasinya, dan mekanisme hukum yang berlaku di dalamnya dimana alam yang dimaksud tidak hanya meliputi alam fisik inderawi tapi juga alam-alam atas (alamul a’laa), termasuk alam malaikat. Semua ini adalah kalam ilahi yang bertutur tentang Dia SWT yang berada di balik semuanya.

“Sesungguhnya Allah menciptakan Adam menurut rupa-Nya” (HR. Bukhari dan Ahmad)

‘Jism’, ‘Aradh’, ‘Jauhar’ dan ‘Ruh Amr’ : Struktur Insan dalam Perspektif Imam Al-Ghazali

Publish DateJune 30, 2005Leave a comment

Sebagai seorang ulama yang berjasa membuat jembatan antara aspek dzahir dan batin, syari’at dan tashawwuf (ihsan) bagi umat Islam umumnya, Imam Al-Ghazali ra sangat memperhatikan pengetahuan tentang struktur insan, yaitu pengetahuan manusia terhadap ... || babarkan

Herry
Perubahan konsep manusia dari satu era ke era berikutnya dalam lintasan sejarah kehidupan manusia telah membentuk kebudayaan dan peradaban dengan berbagai cirinya tersendiri. Secara umum, akan tampak dengan jelas munculnya gejala reduksionistik pada pengetahuan tentang "manusia" dari masa ke masa sejalan dengan peningkatan kompleksitas elemen-elemen budaya. Gejala reduksionistik tersebut secara umum tampak dari diskursus tentang entitas-entitas yang menyusun kedirian manusia yang menjadi ciri khas dari pemikiran para filsuf Era Pramodern menjadi aktifitas dan kualitas yang mengaburkan kehadiran entitas kedirian seperti kesadaran, ketidaksadaran, intensionalitas dan bahasa pada Era Modern hingga akhirnya menyusut dalam bentuk absurditas pengungkapan hasrat, keinginan dan libido manusia di tengah kebudayaan global pada Era Posmodern.

Reduksi Konsepsi Manusia: Tinjauan Umum pada Era Pramodernisme, Modernisme, dan Posmodernisme

Publish DateJune 30, 20056 Comments

Perubahan konsep manusia dari satu era ke era berikutnya dalam lintasan sejarah kehidupan manusia telah membentuk kebudayaan dan peradaban dengan berbagai cirinya tersendiri. Secara umum, akan tampak dengan jelas munculnya gejala reduksionistik pada ... || babarkan

Herry
Sebagai sebuah produk keingin tahuan manusia Barat Modern untuk mengungkap misteri hakikat kemanusiaan —khususnya kecerdasannya —, SQ memberikan kesegaran baru di tengah-tengah pendekatan sains yang selama ini memisahkan diri dari perspektif agama. Bukti-bukti saintifik dan kajian-kajian kemanusiaan versi agama-agama Timur menjadikan menjadikan SQ seolah mampu mengharmoniskan persete ruan sains versus agama. Dengan menunjukkan hakikat kemanusiaan versi Esoteris Islam, Barat Pramodern, dan Barat Modern, kita dapat menun jukkan keberatan atas klaim di atas.

Mampukah SQ Menyentuh Aspek Esoteris Agama : Sebuah Apresiasi Kritis terhadap Spiritual Quotience

Publish DateJune 21, 2005Leave a comment

Sebagai sebuah produk keingin tahuan manusia Barat Modern untuk mengungkap misteri hakikat kemanusiaan —khususnya kecerdasannya —, SQ memberikan kesegaran baru di tengah-tengah pendekatan sains yang selama ini memisahkan diri dari perspektif agama. Bukti-bukti ... || babarkan

Herry
Studi dan penelitian tentang kecerdasan dalam psikologi modern pada dasarnya termotivasi untuk memenuhi keperluan-keperluan praktis yang terkait dengan dunia pendidikan/pekerjaan/kehidupan sehari-hari; yakni untuk memahami, mengukur, mengklasifikasi, mengelola serta memanfaatkan aspek-aspek kecerdasan individu dalam kehidupannya sehari-hari. Dalam konteks ini, kecerdasan dimaknai--sama seperti maknanya dalam bahasa sehari-hari--sebagai kemampuan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan praktis (problem-solving capacity). Seperti yang telah dapat kita terka, dalam perkembangannya kemudian pemaknaan ini terpaksa harus diperluas untuk dapat diletakkan dalam konteks yang lebih fundamental, karena pada dasarnya kecerdasan dan aspek kognisi tak terpisahkan dari aktivitas pikiran/kesadaran manusia secara utuh dan hubungannya dengan aspek-aspek kedirian manusia seutuhnya yang belum terjamah, serta interaksinya dengan lingkungan di sekelilingnya. Hanya melalui konteks yang lebih substansial dan integral inilah kita boleh berharap untuk mendekati fenomena kecerdasan (sekaligus juga pikiran/aktivitas kesadaran) secara lebih komprehensif. Dalam konteks yang lebih fundamental dan ekstensif ini, pada akhirnya secara tak terelakkan kita berhadapan dengan isu-isu dan pertanyaan-pertanyaan fundamental yang saling terkait erat: Apakah kecerdasan itu? Bagaimana ia bekerja? Bagaimana kita dapat memahami sesuatu? Objek atau proses apa yang terlibat pada saat kita berpikir? Bagaimana bisa kita berkesadaran? Kapan kesadaran muncul? Apa fungsinya? Apa peran kesadaran dalam eksistensi manusia yang masih sangat baru ini? Apa kaitannya dengan lingkungan? Bagaimana hubungan antara kesadaran dengan alam semesta? Di manakah batas-batas aspek kedirian manusia itu? Bisakah selain manusia berpikir dan berkesadaran? Dari mana kesadaran berasal?

Ulasan Kritis terhadap Model-model Kecerdasan Berbasis Neuroscience : IQ, EQ, dan SQ

Publish DateJune 21, 2005Leave a comment

Studi dan penelitian tentang kecerdasan dalam psikologi modern pada dasarnya termotivasi untuk memenuhi keperluan-keperluan praktis yang terkait dengan dunia pendidikan/pekerjaan/kehidupan sehari-hari; yakni untuk memahami, mengukur, mengklasifikasi, mengelola serta memanfaatkan aspek-aspek kecerdasan individu dalam ... || babarkan

Herry
Terbatasnya pengetahuan para teoritikus kepribadian Barat tentang struktur internal manusia telah melahirkan banyak mazhab kepribadian. Kerangka keilmiahan telah membatasi mereka dalam proses analisis dan sintesis konsepsi kepribadian manusia seutuhnya. Carl Gustav Jung melakukan terobosan dalam membangun psikologi analitiknya, ia melibatkan data-data mitologi dan simbol-simbol agama ke dalam kerangka analisis ilmiahnya. Dalam alur ini, Kecerdasan Spiritual (SQ) dalam proses perumusannya tidak sekadar meninjau keparalelan antara produk saintifik Barat dengan fenomena mistik Timur, tapi tampak memaksakan melakukan interpretasi atas fenomena metafisik spiritual secara fisika dan sains neural, dan ini melahirkan sejumlah paradoks. Paper ini membahas tentang struktur internal manusia berdasarkan kerangka acuan Al-Qur'an, kemudian akan dilihat persoalan apa yang tersentuh oleh konsepsi individuasi Jung dan status SQ dalam peta ini.

Struktur Insan dalam Al-Qur’an : Apa yang Tersentuh Oleh Psikologi Analitik, dan Status Kecerdasan Spiritual (SQ)

Publish DateJune 21, 2005Leave a comment

Terbatasnya pengetahuan para teoritikus kepribadian Barat tentang struktur internal manusia telah melahirkan banyak mazhab kepribadian. Kerangka keilmiahan telah membatasi mereka dalam proses analisis dan sintesis konsepsi kepribadian manusia seutuhnya. Carl Gustav Jung melakukan ... || babarkan

Load More

Site Sidebar

Popular Posts

  • Lir Ilir – Raden Mas Said / Sunan Kalijaga 665 views | posted 3 years ago
  • Pesta Rakyat 645 views | posted 9 years ago
  • Ali Imran 102 “Berserah Diri”. Apa itu? 627 views | posted 3 years ago
  • Pemabuk dan Pezina 585 views | posted 4 years ago
  • Allah Tidak Mengubah Suatu Kaum? 422 views | posted 8 years ago
  • Crying Boy Taubat Saya Jelek Banget… 351 views | posted 18 years ago
  • Rasa Cinta Yang Salah 351 views | posted 16 years ago

Recent Comments

  • kusnowardoyo on Kenapa Al-Qur’an Tidak Jelas Sistematikanya?
  • Syahid on Sufisme: Merambah Kota Mengikat Umat
  • dewinurbuaty on Allah Tidak Mengubah Suatu Kaum?
  • Yoyon on Memahami Nama ‘Hu’/’Huwa’: Dia Yang Tak Bisa Diliputi Nama
  • dewinurbuaty on Allah Tidak Mengubah Suatu Kaum?

Categories

  • Artikel
  • Buku
  • Cerpen
  • Esai
  • Jurnal
  • Kisah hikmah
  • Kolom
  • Pengetahuan Islam Dasar
  • Personal Nonsense
  • Puisi
  • Renungan
  • Resensi Buku
  • Rumi
  • Sains
  • Tanya Jawab
  • Tokoh
  • Tokoh Sufi

Tags

hikmah kisah murad prasangka su'udzon sufi sultan turki ottoman wali

Meta

  • Log in
  • Entries feed
  • Comments feed
  • WordPress.org

Site Footer