Oleh Herry Mardian
SEBENTAR lagi Ramadhan. Di bulan puasa itu, sering kita dengar kalimat ‘Berbuka puasalah dengan makanan atau minuman yang manis,’ katanya. Konon, itu dicontohkan Rasulullah saw. Benarkah demikian?
Dari Anas bin Malik ia berkata : “Adalah Rasulullah berbuka dengan Rutab (kurma yang lembek) sebelum shalat, jika tidak terdapat Rutab, maka beliau berbuka dengan Tamr (kurma kering), maka jika tidak ada kurma kering beliau meneguk air. (Hadits riwayat Ahmad dan Abu Dawud)
Nabi Muhammad Saw berkata : “Apabila berbuka salah satu kamu, maka hendaklah berbuka dengan kurma. Andaikan kamu tidak memperolehnya, maka berbukalah dengan air, maka sesungguhnya air itu suci.”
Nah. Rasulullah berbuka dengan kurma. Kalau tidak mendapat kurma, beliau berbuka puasa dengan air. Samakah kurma dengan ‘yang manis-manis’? Tidak. Kurma, adalah karbohidrat kompleks (complex carbohydrate). Sebaliknya, gula yang terdapat dalam makanan atau minuman yang manis-manis yang biasa kita konsumsi sebagai makanan berbuka puasa, adalah karbohidrat sederhana (simple carbohydrate).
Darimana asalnya sebuah kebiasaan berbuka dengan yang manis? Tidak jelas. Malah berkembang jadi waham umum di masyarakat, seakan-akan berbuka puasa dengan makanan atau minuman yang manis adalah ‘sunnah Nabi’. Sebenarnya tidak demikian. Bahkan sebenarnya berbuka puasa dengan makanan manis-manis yang penuh dengan gula (karbohidrat sederhana) justru merusak kesehatan.
Dari dulu saya tergelitik tentang hal ini, bahwa berbuka puasa ‘disunnahkan’ minum atau makan yang manis-manis. Sependek ingatan saya, Rasulullah mencontohkan buka puasa dengan kurma atau air putih, bukan yang manis-manis.
Kurma, dalam kondisi asli, justru tidak terlalu manis. Kurma segar merupakan buah yang bernutrisi sangat tinggi tapi berkalori rendah, sehingga tidak menggemukkan (data di sini dan di sini). Tapi kurma yang didatangkan ke Indonesia dalam kemasan-kemasan di bulan Ramadhan sudah berupa ‘manisan kurma’ (preserved with sugar), bukan lagi kurma segar. Manisan kurma ini justru ditambah kandungan gula yang berlipat-lipat kadarnya agar awet dalam perjalanan ekspornya. Jadi, kalau mau mengikuti sunnah Rasulullah, sebisa mungkin carilah kurma segar yang tanpa ditambahkan kandungan gulanya. Caranya? Nggak tau. Metik dari pohonnya, kali?
Kurma segar dari pohon, sebelum diawetkan dengan gula
: : : : : :
Kenapa berbuka puasa dengan yang manis justru merusak kesehatan?
Ketika berpuasa, kadar gula darah kita menurun. Kurma, sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah, adalah karbohidrat kompleks, bukan gula (karbohidrat sederhana). Karbohidrat kompleks, untuk menjadi glikogen, perlu diproses sehingga makan waktu. Sebaliknya, kalau makan yang manis-manis, kadar gula darah akan melonjak naik, langsung. Bum. Sangat tidak sehat. Kalau karbohidrat kompleks seperti kurma asli, naiknya pelan-pelan.
Mari kita bicara ‘indeks glikemik’ (glycemic index/GI) saja. Glycemic Index (GI) adalah laju perubahan makanan diubah menjadi gula dalam tubuh. Makin tinggi glikemik indeks dalam makanan, makin cepat makanan itu dirubah menjadi gula, dengan demikian tubuh makin cepat pula menghasilkan respons insulin.
Para praktisi fitness atau pengambil gaya hidup sehat, akan sangat menghindari makanan yang memiliki indeks glikemik yang tinggi. Sebisa mungkin mereka akan makan makanan yang indeks glikemiknya rendah. Kenapa? Karena makin tinggi respons insulin tubuh, maka tubuh makin menimbun lemak. Penimbunan lemak tubuh adalah yang paling dihindari mereka.
Nah, kalau habis perut kosong seharian, lalu langsung dibanjiri dengan gula (makanan yang sangat-sangat tinggi indeks glikemiknya), sehingga respon insulin dalam tubuh langsung melonjak. Dengan demikian, tubuh akan sangat cepat merespon untuk menimbun lemak.
Saya pernah bertanya tentang hal ini kepada seorang sufi yang diberi Allah ‘ilm tentang urusan kesehatan jasad manusia. Kata Beliau, bila berbuka puasa, jangan makan apa-apa dulu. Minum air putih segelas, lalu sholat maghrib. Setelah shalat, makan nasi seperti biasa. Jangan pernah makan yang manis-manis, karena merusak badan dan bikin penyakit. Itu jawaban beliau. Kenapa bukan kurma? Sebab kemungkinan besar, kurma yang ada di Indonesia adalah ‘manisan kurma’, bukan kurma asli. Manisan kurma kandungan gulanya sudah jauh berlipat-lipat banyaknya.
Kenapa nasi? Lha, nasi adalah karbohidrat kompleks. Perlu waktu untuk diproses dalam tubuh, sehingga respon insulin dalam tubuh juga tidak melonjak. Karena respon insulin tidak tinggi, maka kecenderungan tubuh untuk menabung lemak juga rendah.
Inilah sebabnya, banyak sekali orang di bulan puasa yang justru lemaknya bertambah di daerah-daerah penimbunan lemak: perut, pinggang, bokong, paha, belakang lengan, pipi, dan sebagainya. Itu karena langsung membanjiri tubuh dengan insulin, melalui makan yang manis-manis, sehingga tubuh menimbun lemak, padahal otot sedang mengecil karena puasa.
Pantas saja kalau badan kita di bulan Ramadhan malah makin terlihat seperti ‘buah pir’, penuh lemak di daerah pinggang. Karena waham umum masyarakat yang mengira bahwa berbuka dengan yang manis-manis adalah ‘sunnah’, maka puasa bukannya malah menyehatkan kita. Banyak orang di bulan puasa justru menjadi lemas, mengantuk, atau justru tambah gemuk karena kebanyakan gula. Karena salah memahami hadits di atas, maka efeknya ‘rajin puasa = rajin berbuka dengan gula.’
Ingin ‘Kurus’
Melenceng dikit dari topik blog ya. Dikit aja. Itung-itung bonus.
Untuk sahabat-sahabat yang ingin kurus: jangan diet (dalam pengertian mengurangi frekuensi makan). Diet justru menambah kecenderungan tubuh untuk menabung lemak karena ‘dilaparkan’. Ketika diet memang makanan tidak masuk, tapi begitu makanan masuk, kecenderungan tubuh untuk menimbun lemak dari makanan justru lebih besar.
Rahasia kurus sebenarnya adalah menjaga agar respon insulin dalam tubuh stabil, tidak melonjak-lonjak. Caranya, hanya makan makanan yang memberi respon insulin rendah, yaitu yang indeks glikemiknya rendah.
Respon insulin tubuh meningkat bila:
(1) Makin tinggi jumlah karbohidrat yang dimakan dalam satu porsi, makin tinggi pula respon insulin tubuh (ini umumnya porsi kita di Indonesia: lebih dari 70 persen dari satu porsi makannya adalah nasi).
Makanya, makanlah dengan karbohidrat cukup lima puluh persennya saja. Sisanya protein, dan 5-10 persennya lemak. Lemak ini cukup dari lemak yang terkandung dalam daging yang kita makan, misalnya. Atau kuning telur. Tidak perlu menambah minyak atau memakan lemak hewan (yang justru buruk pengaruhnya bagi tubuh). Lemak (sedikit!) masih diperlukan untuk mengolah beberapa nutrisi dan vitamin, dan untuk membawa nutrisi ke seluruh tubuh.
(2) Semakin tinggi GI (Glycemic Index) karbohidrat yang dikonsumsi, semakin meningkat pula respon insulin tubuh. Makanya, makan hanya makanan yang GI-nya rendah. Nanti saya jelaskan di bawah.
(3) Semakin jarang makan, semakin meningkat respon insulin setiap kali makan.
Ini sebabnya diet (dalam pengertian: mengurangi frekuensi makan supaya kurus) tidak akan pernah berhasil untuk jangka lama. Setelah diet selesai, tubuh justru akan cenderung lebih gemuk dari sebelum diet. Supaya kurus (baca: supaya respon insulin tidak melonjak) justru harus makan lebih sering (4-5 kali sehari) tapi dengan porsi setengah atau sepertiga porsi biasa, dengan karbohidrat maksimal 50 persen saja setiap porsi.
Kalau respon insulin tubuh sudah stabil, maka tinggal diatur: kalau ingin kurus, kalori yang masuk harus lebih sedikit dari kalori makanan yang dibutuhkan untuk aktivitas sehari hari. Tambah dengan olahraga teratur untuk membakar lemak berlebih dalam tubuh, dan memperbesar otot. Otot membutuhkan energi, maka makin terlatih otot, ia akan makin mengkonsumsi lemak dalam tubuh kita untuk energi.
Sebaliknya kalau ingin memperbesar otot (bukan gemuk) atau mengencangkan badan, maka kalori yang masuk harus agak lebih banyak dari jumlah kalori yang akan kita pakai untuk aktivitas selama sehari, agar otot mengalami pertumbuhan. Otot sendiri dirangsang pertumbuhannya dan ‘kekencangannya’ dengan olahraga teratur. Perbanyak protein agar pertumbuhan otot optimal. Karbohidrat cukup diposisikan sebagai bahan pemberi energi, bukan untuk mengenyangkan perut.
Lucu ya: kalau ingin kurus atau memperbaiki bentuk badan, termasuk menumbuhkan otot, justru harus makan lebih sering dengan porsi kecil. Makan yang mengandung lemak, goreng-gorengan, kanji, atau karbohidrat sederhana seperti gula, manisan, minuman ringan bersoda dan sebangsanya itu sudah out of the question. Kalau kita jarang makan, atau makan tidak teratur dan sekalinya makan ‘balas dendam habis-habisan’, ya justru respon insulin kita juga melonjak dan membuat tubuh jadi menimbun lemak.
Sekali lagi, baik ketika berbuka puasa atau dalam makanan keseharian, makanlah makanan yang seimbang: 50 persen karbohidrat kompleks, 40-45 persen protein dan 5-10 persen lemak dalam setiap porsinya. Jauhilah karbohidrat sederhana sebisa mungkin. Kalaupun harus makan karbohidrat sederhana karena butuh energi cepat carilah yang nilai indeks glikemiknya rendah.
Karbohidrat kompleks membutuhkan waktu untuk diubah tubuh menjadi energi. Dengan demikian, makanan diproses pelan-pelan dan tenaga diperoleh sedikit demi sedikit. Dengan demikian, kita tidak cepat lapar dan energi tersedia dalam waktu lama, cukup untuk aktivitas sehari penuh. Sebaliknya, karbohidrat sederhana menyediakan energi sangat cepat, tapi akan cepat sekali habis sehingga kita mudah lemas. Maka, ketika makan sahur, jangan makan yang banyak mengandung gula, karena kita akan cepat lemas. Makanlah karbohidrat kompleks (protein jangan dilupakan!) sehingga kita tetap berenergi sampai waktu berbuka.
Karbohidrat sederhana, GI tinggi (energi sangat cepat habis, respon insulin tinggi: merangsang penimbunan lemak) adalah: sukrosa (gula-gulaan), makanan manis-manis, manisan, minuman ringan, jagung manis, sirop, atau apapun makanan dan minuman yang mengandung banyak gula. Hindari, puasa atau tidak puasa.
Karbohidrat sederhana, GI rendah (energi cepat, respon insulin rendah): buah-buahan yang tidak terlalu manis seperti pisang, apel, pir, dan sebagainya. Sekarang ngerti kan, kenapa para pemain tenis dunia, pemain bola, pemain basket atau pelari sering terlihat ‘ngemil pisang’ di pinggir lapangan? Karena mereka butuh energi cepat, tapi nggak ingin badannya gembul berlemak.
Karbohidrat Kompleks, GI tinggi (energi pelan-pelan, tapi respon insulinnya tinggi): Nasi putih, kentang, jagung.
Karbohidrat Kompleks, GI rendah (energi dilepas pelan-pelan sehingga tahan lama, respon insulin juga rendah): Gandum, beras merah, umbi-umbian, sayuran. Ini yang paling dicari para praktisi fitness.
Makanan yang diproses pelan-pelan (karbohidrat kompleks) akan membuat kita tidak cepat lapar dan energi dihabiskan cukup untuk aktivitas satu hari penuh; respon insulin rendah membuat tubuh kita tidak cenderung untuk menabung lemak.
Kalau saya pribadi, sahur cukup dengan oatmeal gandum (ditambah gula sedikiiiiiit), atau roti coklat gandum, dua atau tiga butir telur rebus (kuningnya saya hancurkan dan ditebarkan di rumput untuk makanan semut-semut di halaman rumah), sayuran segar, dan air putih. Ini sudah cukup untuk membuat tenaga saya tidak habis sampai buka puasa karena energi dari karbohidrat kompleksnya (gandum) akan dilepas pelan-pelan ke dalam tubuh sepanjang hari. Ketika berbuka, sesuai anjuran Rasulullah dan sufi tadi, saya biasanya minum segelas air, lalu shalat maghrib. Setelah shalat makan nasi seperti biasa, sebisa mungkin dengan porsi karbohidrat-protein-lemak-air proporsional. Dan tentu tidak untuk ‘balas dendam’ karena puasa seharian. Ini justru saat yang penting untuk melatih melawan keinginan hawa nafsu ‘makan sekenyang-kenyangnya’. Belajar sabar.
Waham Umum
Oke, kembali ke topik. Nah, saya kira, “berbukalah dengan yang manis-manis” itu adalah kesimpulan yang terlalu tergesa-gesa atas hadits tentang berbuka diatas. Karena kurma rasanya manis, maka muncul anggapan bahwa (disunahkan) berbuka harus dengan yang manis-manis. Pada akhirnya kesimpulan ini menjadi waham dan memunculkan budaya berbuka puasa yang keliru di tengah masyarakat. Yang jelas, ‘berbukalah dengan yang manis’ itu disosialisasikan oleh slogan advertising banyak sekali perusahaan makanan di bulan suci Ramadhan.
Namun demikian, sekiranya ada di antara para sahabat yang menemukan hadits yang jelas bahwa Rasulullah memang memerintahkan berbuka dengan yang manis-manis, mohon ditulis di komentar di bawah, ya. Saya, mungkin juga para sahabat yang lain, ingin sekali tahu.
Semoga tidak termakan waham umum ‘berbukalah dengan yang manis’. Atau lebih baik lagi, jangan mudah termakan waham umum tentang agama. Periksa dulu kebenarannya.
Kalau ingin sehat, ikuti saja kata Rasulullah: “Makanlah hanya ketika lapar, dan berhentilah makan sebelum kenyang.” Juga, isi sepertiga perut dengan makanan, sepertiga lagi air, dan sepertiga sisanya biarkan kosong.
“Tidak ada satu wadah pun yang diisi oleh Bani Adam, lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah baginya beberapa suap untuk memperkokoh tulang belakangnya agar dapat tegak. Apabila tidak dapat dihindari, cukuplah sepertiga untuk makanannya, sepertiga lagi untuk minumannya, dan sepertiga lagi untuk nafasnya.” (HR Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban dalam Shahihnya yang bersumber dari Miqdam bin Ma’di Kasib)
Semoga bermanfaat….
Wassalaamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Herry Mardian, Yayasan Paramartha (pernah jadi praktisi body building)
Terima kasih kepada Abdul Saman, Dian Novi, Imam Suhadi, Muhammad Sigit, Zaenal Muttaqin, Efi Hanafi, Rahmat Sudarsono dan Melissa Rosanti atas segala ‘stimulus’-nya sehingga muncul artikel ini.
P.S. = Tulisan ini ‘dikutip’ (tanpa ijin dan tanpa malu-malu, hehehe….) oleh harian Suara Karya di link ini, dengan judul ‘Waspada Makanan Manis Bagi Orang Berpuasa’.
: : : : : : : :
U P D A T E
Dari dr. Yenni Zuhairini Suhadi, MS, SpGK. (25 Juli 2008):
SANGAT cemerlang om, rasanya saat itu saya udah pernah baca tapi kok gak respon ya? He.. he, Soalnya, betul banget om Herry memperhitungkan indeks glikemik buat yang mau nurunin berat badan, mudahnya, kurangi banget makan minum yang manis-manis deh.
Tapi-nya, kurma mengandung KH kompleks dan tidak mengandung KH sederhana, ya enggak juga. Makanya jadi keributan di blog-blog lain. Tapi om Herry tetap benar dalam konteks yang dibahasnya, beberapa jenis kurma punya indeks glikemik yang rendah karena berbagai komposisi dalam buahnya, termasuk sukrosa, glukosa dan fruktosa yang KH sederhana itu (35.5 for khalas, 49.7 for barhi and 30.5 for bo ma’an (Saudi Med J. 2002 Nov; 23(11):1426; author reply 1426-7. Glycemic index of 3 varieties of dates. Miller CJ, Dunn EV, Hashim IB)
Satu lagi, buat orang normal biasa (bukan praktisi fitness, terutama body building) komposisi Karbohidrat 50%, protein 35-40%, dan lemak 10-15% cukup memberatkan untuk hati dan ginjal, terutama karena proteinnya yang berlimpah, hasil pencernaan protein menghasilkan urea yang harus dibuang oleh ginjal atau diputar kembali menjadi energi oleh hati, bisa disimpan dalam otot tapi mesti dengan exercise, ya, seperti body building gitu. Kalo gak teratasi oleh ginjal yang letih atau hati yang gak siap, bisa terjadi uremia, gejalanya mulai dari pusing, mual, marah-marah, sampai meracau dan koma.
Komposisi yang seimbang biasanya KH 50-65%, Protein 15-20%, dan lemak 20-25%, walaupun dengan jumlah yang dikurangi untuk orang-orang tertentu. Kalo udah mulai fitnessnya, bisa perlahan lahan dinaikkan proteinnya.
O ya, para dokter juga sekarang sudah pake yang buka puasa pake buah dan air putih saja, gak langsung makan ataupun makan yang manis. Selain untuk menghindari lonjakan insulin, kira-kira 2 jam setelah kita makan sedikit karbohidrat waktu buka puasa, si insulin sudah pada kadar efektif memasukkan makanan ke sel kita; termasuk membantu memasukkan asam amino (protein ke otot kita) Jadi saya gak sepakat dengan dr. Ian yang menganjurkan makan manis saat berbuka untuk menggantikan energi yang berkurang waktu puasa.
Wallahu a’lam, semoga bermanfaat.
: : : : : : : :
0 comments On Jangan Berbuka Puasa Dengan Yang Manis
Pingback: Tatakrama Berpuasa | Kurusetra ()
Mohon izin saya bagikan terbitan ini, Kang. Ini sangat bermanfaat sekali. Hatur nuhun.
Reblogged this on KURUSETRA and commented:
Benarkah sebaiknya berbuka puasa dengan makanan yang manis-manis? Begitukah yang dianjurkan oleh Rasulullah? Tulisan ini menjawab pertanyaan itu dengan baik. Juga tertera bagaimana sebaiknya memahami anjuran Kanjeng Nabi soal berbuka puasa, agar tidak serba harfiah memahami sebuah hadis. Itu perlu.
MOhon Izin share. trima kasih ๐
โMakanlah hanya ketika lapar, dan berhentilah makan sebelum kenyang.โ –> ini bukan perkataan rasulullah saw. ini hadist palsu, pernyataan ini hanyalah sebatas kata2 bijak dari orang terdahulu bukan dari nabi
Terima kasih, postingnya sangat bermanfaat. Mohon ijin untuk diposting di blog saya http://www.muhammadirfani.wordpress.com.
Kiriman foto kurma segar dari pohon (sebelum diawetkan dengan gula), dari teman di Qatar:
aq print mas yach, buat dibaca ama keluarga:lol::cool:
Alhamdulillah,
Saya sudah lama mencari sumber tulisan ini.
Sebagian saya upload di
http://www.facebook.com/note.php?note_id=212006705342
Ada beberapa hal yg harus saya kritisi;
…BAHKAN SEBENARNYA BERBUKA PUASA DENGAN MAKANAN MANIS-MANIS YANG PENUH DENGAN KARBOHIDRAT SEDERHANA JUSTRU JUSTRU MERUSAK KESEHATAN.
Pada saat ketiadaan glukosa yang notabene pecahan kecil karbohidrat maka sumber energi yang digunakan adalah lemak. Penggunaan alternatif selain karbohidrat untuk sumber energi disebut dengan GLUKONEOGENESIS.
Sayangnya pada pengolahan energi melalui mekanisme ini terdapat sisa metabolisme yang disebut laktat. Orang2 yang tubuhnya kelaparan dalam tanda kutip (misal, puasa, diare, diabetes) memiliki kadar asam laktat yang tinggi
Disesuaikan kondisi orang berpuasa;
5-6 jam setelah sahur proses katabolisme dimulai (makanya jam 9-10 pagi tubuh mulai gemetaran tanda kehabisan glukosa). Setelah sediaan karbohidrat menurun maka yang akan diambil pertama kali adalah cadangan gula otot dan hati (belum sampai lemak) yang bertahan selama 8-10 jam (kira2 jam 18). Setelah habis baru cadangan lemak bawah kulit digunakan.
se2orang yang tidak bersegera membatalkan puasanya terancam “keracunan” asam laktat. Apalagi ditambah tidak minum.
Kepentingannya mengetahui konsep indeks glikemik adalah mengoptimalkan kurva waktu antara makanan dengan kerja enzim/hormon pencernaan. Kadar gula darah meningkat kira-kira satu jam sesudah makanan masuk lambung dan optimal setelah dua jam. Makanan yang tinggi indeks glikemiknya akan mempercepat kurva, segera menaikkan glukosa pada saat enzim/hormon pencernaan, terutama insulin, belum siap.
Bagi orang dengan diabetes dikhawatirkan obat atau terapi insulin gagal memangkas lonjakan (surge) kadar gula darah akibat mengkonsumsi panganan dengan indeks glikemik tinggi.
SEKALIAN UNTUK SAHABAT-SAHABAT YANG KEPINGIN KURUS: JANGAN DIET. DIET
JUSTRU MENAMBAH KECENDERUNGAN TUBUH UNTUK MENABUNG LEMAK KARENA
‘DILAPARKAN’. KETIKA DIET MEMANG MAKANAN TIDAK MASUK, TAPI BEGITU
MAKANAN MASUK, PRESENTASE LEMAK YANG AKAN DIAMBIL TUBUH DARI MAKANAN
TERSEBUT, ATAU PRESENTASE MAKANAN DIRUBAH JADI LEMAK, JUSTRU LEBIH
BESAR. OTOT SENDIRI DIRANGSANG TUMBUH DENGAN OLAHRAGA.
Tubuh kita bukan organisme sel yang memiliki fungsi fisiologis mengikuti kurva matematika linear tapi ada batas di mana satu ditambah satu bukan menjadi dua tapi 1,5 atau 3.
Saya sendiri tidak mempunyai referensi yang mendukung; secara teoritis karbohidrat bisa diubah menjadi lemak tapi manusia bukan mahluk yang memiliki metabolisme efektif seperti sapi yang bisa mengubah rumput menjadi gumpalan lemak
Insulin bukan satu-satunya hormon yang bertanggung-jawab terhadap metabolisme glukosa. Perkenankan saya memperkenalkan hormon glukokortikoid alias kortisol, meski perannya kecil dan kurang dikenal,namun berpengaruh banyak dalam mekanisme glukosa di tubuh. Kortisol dihasilkan kelenjar anak ginjal {ADRENAL}; menilik namanya mirip adrenalin, si hormon terkenal yang bikin jantung deg-degan. Berbeda dengan insulin yang bekerja setelah lambung dimasuki sejumlah makanan, kortisol beraksi akibat stress dan rangsang cahaya. (Stress, jangan diartikan orang2 yang gundah gulana memikirkan masalah yang tak kunjung selesai). Kortisol melakukan apa saja agar kadar gula tetap tinggi untuk menghadapi stress, termasuk me-recall cadangan glikogen dan lemak untuk diubah menjadi glukosa. Namun catatan yang penting adalah KORTISOLlah yang bertanggung jawab atas DISTRIBUSI LEMAK DI PERUT, BOKONG, PINGGANG bukan insulin. (Tentunya pada wanita pembentukan lekuk tubuh dipengaruhi juga estrogen terutama bagi orang gemuk tipikal pear). Insulin menimbun lemak… di Liver, selebihnya glikogen di otot (dan hati juga). (meski fakta lain memperlihatkan pada suntikan insulin subkutan menyebabkan lipodistrofi)
Selain hormon dopamin, serotonin hingga leptin lemak,
kortisol mengaktifkan alarm bahaya (psikis), membesar-besarkan masalah dalam pikiran, meminta perhatian agar stress segera dieliminir. Ini yang lebih bahaya. Sebagai ilustrasi, dalam kehidupan berpuasa, setiap menjelang berbuka, apalagi masih dalam perjalanan pulang, kita merasakan impuls (diterjemahkan sebagai nafsu) untuk tajil dengan semua yang kita mau. Tapi kalau sudah minum segelas air putih maka hilanglah dahaga berlebih, begitu pula keinginan makan yang menggebu-gebu. Mereka yang menguruskan badan secara diet menghadapi ancaman kondisi “YO-YO”; turun berat badan saat bisa mengontrol ketat makan dan naik ketika “KHILAF” akibat ketidakdisiplinan.
Saya setuju dengan penulis sebelumnya; cara menguruskan badan yang efektif bukan dengan diet, tapi dengan berolahraga.
Prinsip diet yang baik adalah menyesuaikan kondisi faali tubuh dengan pengaturan kalori dan jenis makanan. Ada macam-macam diet populer, mulai dari TIGER DIET (ya seperti macan, Cuma makan daging dan sayur to’ minus karbohidrat). SIPPY DIET alias diet piring kecil (porsi makan kecil tapi lebih sering), LOW CARB DIET (dengan asumsi yang ditulis penulis sebelumnya bahwa karbohidrat bisa menjadi lemak maka jumlahnya SANGAT-SANGAT dibatasi), FOOD COMBINING (menata kombinasi makanan berdasar sifat absorpsinya) hingga yang terbaru KORTISOL DIET yang diperkenalkan Dr. Atkins; boleh makan sepuasnya tetapi setelah jam 5 petang sudah tidak boleh makan apa-apa (karbohidrat terutama) karena menjelang malam metabolisme menurun, hormon glukokortikoid mulai bekerja.
Tapi favorit saya adalah diet yang dilakukan para diabetisi.
Para diabetisi mengenal konsep 3 J: JENIS, JUMLAH, DAN JAM.
JENIS maksudnya makanan berkalori ekstrim dan indeks glikemik sangat tinggi seperti Es Krim, Duren, Empal Gentong dihindari. JUMLAH artinya membatasi takaran sesuai porsi kalori. Pisang dibatasi sepotong ukuran sedang, gepuk seukuran kotak korek api, nasi sepuluh sendok makan (kira2 ukuran rumah tangga 1/4 gelas beras).
Dan yang sulit adalah JAM. Kalau kita berdisiplin makan pagi jam 6.30 maka tetaplah konsisten. Lupa sarapan atau telat makan siang pada waktunya cenderung meningkatkan asupan kalori pada jadwal makan (selanjutnya). Kalo perlu snack bisa diatur diantara dua jam makan; Antara sarapan dan makan siang ada “penganan antara/cemilan” jam 10-an: pepaya tiga jari dan teh manis. Antara makan siang dan malam ada tea-break sepotong puding fla atau biskuit. Kalau masih kurang juga, jam 9 boleh cemilan yg tdk “festive” bgt: agar2 non kalori tanpa gula. Yg ini bisa sebanyaknya kalo belum “wareg” (kenyang) asal zero calories.
ORANG YANG SUKA FITNESS, AKAN SANGAT MENGHINDARI MAKANAN YANG MEMILIKI
GLIKEMIK INDEKS YANG TINGGI. SEBISA MUNGKIN MEREKA AKAN MAKAN MAKANAN
YANG INDEKS GLIKEMIKNYA RENDAH. KENAPA? KARENA MAKIN TINGGI RESPONS
INSULIN TUBUH, MAKA TUBUH MAKIN MENIMBUN LEMAK. PENIMBUNAN LEMAK
ADALAH YANG PALING DIHINDARI PARA ‘PEMATUNG JASAD DIRI’.
Atlet pada umumnya adalah orang yang karena latihan berubah menjadi individual dengan tingkat metabolisme tinggi dan efisien. Tidak Cuma atlet binaraga yang menghindari perlemakan tubuh, sprinter perempuan seperti Mendiang Florence Griffith Jones juga menghindari lemak pinggul karena mengurangi aerodinamis saat lari
Setahu saya selama periode latihan proporsi konsumsi karbohidrat memang tidak sebanding dengan total kalori. Porsi protein diperbanyak untuk pembentukan masa otot. Para atlet biasanya menggunakan protein BCAA seperti Isoleusin untuk pembentukan masa otot. Tapi pada saat pertandingan justru karbohidrat (kompleks) diperbanyak untuk mempertahankan “ENDURANCE”. Lance Armstrong kalau pertandingan balap sepeda selalu banyak makan pisang; pertama, karbohidrat kompleksnya lepas lambat. Kedua, pisang tinggi Kalium.
(3) SEMAKIN JARANG MAKAN, SEMAKIN MENINGKAT RESPON INSULIN SETIAP KALI
MAKAN. INI SEBABNYA DIET TIDAK AKAN BERHASIL UNTUK JANGKA LAMA.
SETELAH DIET SELESAI, TUBUH JUSTRU CENDERUNG LEBIH GEMUK DARI SEBELUM
DIET. SUPAYA KURUS
(BACA: SUPAYA RESPON INSULIN TIDAK MELONJAK) JUSTRU HARUS MAKAN LEBIH
SERING
(4-5 KALI SEHARI) TAPI DENGAN PORSI SETENGAH ATAU SEPERTIGA PORSI
BIASA, DENGAN KARBOHIDRAT MAKSIMAL 50 PERSEN SAJA SETIAP PORSI.
Respon insulin berubah seiring dengan JUMLAH kalori. Semakin besar hitungan kalori [apapun komposisi makanannya] semakin banyak jumlah insulin yang dikeluarkan pankreas. Meskipun insulin adalah hormon untuk glukosa tapi memang lemak memancing pengeluaran insulin lebih banyak. Oleh karena itu nasi putih biasa lebih baik daripada nasi goreng, nasi lemak/nasi uduk, apalagi nasi kebuli.
(Memang ada kondisi tertentu yang disebut Malnutrition Related Diabetes Melitus, MRDM. Tapi tidak untuk dibicarakan kali ini)
Yang tidak dibahas selama ini adalah “BASAL METABOLISME RATE (BMR)”. BMR adalah indikator kondisi basal (awal/dasar) tingkat metabolisme tubuh. BMR adalah kebutuhan dasar energi per satuan, anggaplah kilogram berat badan tubuh, untuk tetap “stand by”; untuk tetap menghasilkan panas, menggerakkan jantung dan aliran darah, untuk mensiagakan fungsi saraf. BMR atlit besar karena aktivitas latihannya; wajar kebutuhan kalorinya tinggi terlebih target pembentukan ototnya. Begitu pula BMR ibu hamil, pasien yang sakit (infeksi/bedah), orang gemuk. Orang yang menjalani puasa (Ramadhan) BMR-nya makin hari makin menurun karena makan makin sedikit sementara aktivitas tetap. Prinsipnya mirip hibernasi.
Mengapa BMR harus dilibatkan dalam pembicaraan kita ini? Karena BMR orang diet mirip orang puasa… diturunkan hingga mencapai kadar stagnasi (rendah). Dan orang yang tidak bisa mengendalikan diet seharusnya tidak serta merta melonjak berat badannya. Rome does not uuild in a day! So does the body. Alasannya teknis; kantung lemak yang menggelambir di perut, bokong, paha, dan sayap lengan adalah penyerap yang baik. (itu sebabnya operasi tummy tuck lebih baik daripada liposuction, kecuali sakitnya)
KURMA, SEBAGAIMANA YANG DICONTOHKAN RASULULLAH ADALAH KARBOHIDRAT KOMPLEKS, BUKAN KARBOHIDRAT SEDERHANA. KARBOHIDRAT KOMPLEKS, UNTUK MENJADI GLIKOGEN, PERLU DIPROSES SEHINGGA MEMERLUKAN WAKTU. SEBALIKNYA KALAU MAKAN YANG MANIS-MANIS, KADAR GULA DARAH AKAN LANGSUNG. BUM. SANGAT TIDAK SEHAT. KALAU KARBOHIDRAT KOMPLEKS SEPERTI KURMA ASLI, NAIKNYA PELAN-PELAN.
Kalau Rasulullah mencontohkan makan kurma saat berbuka, saya tidak berlogika kurma adalah makanan yang “fast recharge”, cepat mengisi kekosongan energi.
Dilihat dari teksturnya, kurma adalah buah berserat. Dibanding potongan buah pisang dengan ukuran yang sama, jauh lebih rendah glikemiknya. Betul komentar di Blog ini bahwa (buah) kurma banyak mengandung fruktosa yang meski tidak seefektif dan seefisien glukosa tetap saja diserap tubuh untuk energi dan zat hara lainnya.
Ada sekelompok naturalist, termasuk peminat Thibun Nawawi, memasukkan kurma, madu sebagai makanan yang bersifat panas dan kering. KATANYA sih, kalo orang berbuka dengan makanan yg bersifat panas& kering akan memancing pengeluaran getah lambung dan melancarkan aliran darah ke jantung (FAKTANYA ADA BEBERAPA PRO-ENZIM YG AKTIF PD SUHU MAKSIMAL. SALAH SATUNYA YA ENZIM2 LAMBUNG ITU). Mudah-mudahan analisa ilmiahnya akan terus berkembang seiring bertambahnya pengetahuan baru.
Memang teman-teman yang kuliah di Akademi Gizi, Teknik Pangan, bahkan di Kedokteran pun tidak pernah diajari konsep ini; Ada teori tentang ‘INTERNAL HEAT’ dari suatu makanan. Kalau makan makanan apapun, akan ada efek panas yang timbul dari makanan (terhadap pencernaan). Contohnya, kalau makan beras ketan atau durian atau daging kambing. Ini bukan efek asam lambung.
Mungkin ke depan tema diskusi ini harus di-split menjadi, setidaknya dua sub-topik; (1) Apakah berbuka puasa dengan yang manis-manis itu bermanfaat (termasuk sesuai kaidah syar’i kah?) (2) Apakah berbuka puasa dengan kurma bermanfaat; bahkan diperluas dengan diskusi (3) Apakah manfaat kurma (bagi kesehatan); Apakah jus kurma baik untuk demam berdarah, mengobati sakit kuning (sakit kuning yang mana? Hepatitis kah? Atau Sirosis?), Amankah (fruktosa) kurma bagi diabetisi, dan lain-lain. Dan tentunya dengan bukti rasional dan komunikasi yang mumpuni…
Akhirnya, ada hal yg saya setujui dengan pernyataan penulis sebelumnya bahwa,
“Jangan Berbuka Dengan Yang Manis”; Namun yg lebih saya maksud adalah JANGAN BERBUKA DENGAN MINUMAN YANG MENGANDUNG ASPARTAM– tanpa menyebut produk tertentu.
Peoduk yang mengandung gula bibit (ASPARTAM) yang sering dipakai tukang es di pasar biasanya terasa getir di lidah.Subjectively, setelah menyantap salah satu produk minuman itu koq rasanya mirip-mirip gula bibit ya?
Jelas tidak ada kalori apa pun, malah berisiko karsinogenik (Ket: pernyataan ini masih tahap kontroversif, penulis)
Wallahu A’lam, bisa jadi saya cuma su’udhan.
Mudah2an perbincangan panjang kita ini akan memancing pemikiran rasional dan berbasis fakta (evidence based) dari semua peminat akan sunnah berbuka puasa dengan kurma dan air putih. Semoga Allah meluruskan hati kita dan menjadikan majlis ilmu yang dirahmati. Amin
bang izin kopi tulisannya di fb aku yah…makasih banyak sebelumnya.
http://perempuan.kompas.com/read/xml/2009/09/01/14203592/Berbukalah.dengan.yang.Manis.Keliru
“Berbukalah dengan yang Manis”: Keliru!
Selasa, 1 September 2009 | 14:20 WIB
KOMPAS.com – Dalam paradigma holistik -yaitu cara pandang manusia melihat tubuhnya sebagai kesatuan antara tubuh fisik, jiwa (emosi, kondisi alam pikir, baik sadar maupun bawah sadar) dan spiritual- puasa merupakan seni sekaligus sains. Puasa sebagai sekadar “aturan” akan sama saja dengan aturan lain yang berlaku di masyarakat: hanya melulu menerapkan mana yang boleh dan yang tidak boleh. Setiap kata “tidak boleh” akan menerbitkan tetes liur bernama: godaan, yang membutuhkan berton-ton perjuangan agar bertahan. Maka puasa perlu dibahas sebagai masa transformasi saat istilah “tidak boleh” menjadi “tidak mau, karena pilihan dan kesadaran”.
Sains agama dan sains kesehatan bisa jadi berjalan sejajar, karena Sang Nabi Besar, Mohammad S.A.W. tidak pernah berbuka puasa dengan teh manis atau kolak pisang legit, bersama martabak manis dan kue serabi kuah panas. Beliau mensyukuri puasa yang telah ditunaikannya dengan air segelas dan dua butir kurma (bukan “preserved with sugar”!). Hal ini sangat masuk akal karena kadar gula darah tubuh turun dalam 10-12 jam secara perlahan, berangsur-angsur sejak imsak hingga maghrib. Untuk mengembalikan gula darah pada level yang aman, tubuh kita juga harus menyesuaikan diri secara bertahap.
Yang ideal, setiap kali manusia makan selalu terdapat 3 makro nutrien, yaitu karbohidrat, protein, dan lemak. Karbohidrat berkualitas -lambat dicerna menjadi gula (Glisemik Indeks rendah), agar tidak “menggoda” insulin yang berdampak munculnya hormon-hormon eikosanoid yang tidak diinginkan (dengan akibat: menyempitkan pembuluh darah, mengentalkan darah, mencetuskan sel-sel yang tidak diinginkan, menekan kekebalan tubuh, dan mendorong munculnya peradangan). Karbohidrat baik juga berserat, alkalis, dan tinggi antioksidan.
Karbohidrat menempati porsi terbesar dalam makanan manusia, jadi apa yang dimakan sebagai karbohidrat sangat menentukan “wellbeing” seseorang. Yang perlu diingat: Sayur dan buah adalah karbohidrat. Sebaliknya, semua jenis gula dan turunannya, seperti terigu, beras, dan pati, adalah karbohidrat buruk yang sebenarnya “bukan makanan manusia”, namun menjadi produk konsumsi karena perkembangan pesat teknologi pangan yang “diklaim” sebagai… budaya! Kenyataannya, kebudayaan donat dan sarapan roti sudah lama ditinggalkan oleh mereka dari tempat kedua makanan itu berasal. Mereka sudah paham apa dampaknya.
Protein akan dipecah menjadi asam amino dalam proses pencernaan. Asam amino inilah yang akan disusun kembali menjadi protein khas sel seseorang. Sekalipun manusia menghindari protein daging, ia justru mampu “mengakses” langsung asam amino yang terdapat dalam sayur dan buah, tanpa perlu memperberat kerja pencernaan dengan harus memecah protein menjadi asam amino terlebih dulu dan merongrong ginjal dengan pembuangan zat sisanya! Dengan demikian, pengonsumsi “raw food” tetap memiliki tenaga yang kuat dan tubuh yang kokoh.
Lemak yang kita konsumsi berasal dari asam lemak esensial tidak jenuh, atau dikenal sebagai MUFA/mono unsaturated fatty acid (berasal dari buah seperti alpukat, kacang-kacangan, dan lain-lain, bukan minyak goreng, apalagi margarin).
Sakit maag selama puasa? Tentu, apabila Anda mengisi lambung penuh-penuh dengan karbohidrat buruk (turunan gula, terigu, beras, pati) sewaktu sahur yang hanya bertahan selama 2 jam. Begitu Anda siap berangkat ke kantor, badan lemas, bahkan pandangan berkunang-kunang. Yang ada justru gula darah meroket, insulin tergopoh-gopoh mengejar: cepat tekan gulanya, simpan jadi lemak! Tidak heran, di bulan puasa justru berat badan melambung. Sakit maag menjadi-jadi, daya tahan ambruk, penyempitan pembuluh darah semakin buruk akibat insulin dipaksa naik terus. Yang lebih buruk lagi: Gula mempercepat proses penuaan.
Lambung justru aman dengan sepiring besar lalap (selada, timun, tomat, kemangi, leunca bagi yang suka, dan lain-lain) bersama buah segar yang tidak terlalu manis (alpukat, pir, apel), ditambah lauk dengan protein dan lemak yang baik (pepes oncom, sup ayam kembang tahu, ikan panggang berbagai bumbu, jamur, dan lainnya). Karbohidrat berbentuk lalap segar akan lambat dicerna karena selain kandungan seratnya tinggi, enzim aktifnya pun masih bekerja, sehingga bukan sekadar kita tidak lapar, tapi juga bertenaga penuh!
Perlakukan sahur sebagai “sarapan yang kepagian”, berbuka dengan takjil “aman” seperti sup, soto, buah, atau sepiring karedok. Puasa menjamin terjalinnya kembali kemesraan tubuh, kesadaran dan jiwa spiritural yang membumi.
(Dr Tan Shot Yen, dokter sekaligus praktisi energy healing/Prevention)
saya pernah coba kurma segar, warnanya kekuningan, rasanya manis2 asem. harganya lebih mahal dari kurma biasa yg kita kenal. mungkin lebih tepatnya disebut “sale kurma” krn mirip “sale pisang” bukan manisan kurma CIIW.
Salam kenal, terimakasih telah mengunjungi โblohโ iniโฆ
Jazakallah.
Tulisannya bagus, kang ๐
oya, terkait penyataan ttg ‘berbuka dengan yg manis’ dari kalangan mana, ko jadi inget becandaan zaman kuliah, ‘berbuka dengan makhluk manis’ hehe, ternyata itu *plesetan dari plesetan* ya?
kayaknya kalo dah masuk sunah rasul itu tak terbantahkan lagi deh
minjem artikelnya mas
Assalamu’alaikum,
Mas Herry…
Hati-hati dalam menyampaikan hadits karena ancamannya sangat besar jika hadits tsb lemah atau palsu.
Mas Herry menyampaikan hadits sbb: “Kita (kaum Muslimin) adalah suatu kaum yang bila telah merasa lapar barulah makan, dan apabila makan tidak hingga kenyang,” Kata Rasululluh”.
Ini adalah kedustaan menyandarkan atas nama Rasululluh.
Berkata Al-Ust. Abdul Hakim bin Amir Abdat dalam bukunya “Hadits-hadits Dla’if dan Maudlu” hal. 336 beliau menulis hadits yang artinya ” Kami kaum yang tidak makan sampai kami lapar, dan apabila kami makan, kami tidak sampai kenyang”.
TIDAK ADA ASALNYA. Hadits yang masyhur ini yang beredar demikian cepatnya dari mulut ke mulut, dari satu mimbar ke mimbar lainnya yang disandarkan atas nama Nabi yang mulia Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, sama sekali tidak ada asal usulnya. Bertahun-tahun lamanya saya mencari sanad hadits ini di kitab-kitab hadits dan yang selainnya hanya untuk mengetahui asal-usul hadits yang sangat masyhur ini, tetapi saya tidak menemukannya sampai pada hari saya menulisnya dan memasukkannya di kitab saya ini.” Demikian cuplikan ini.
Jadi tolong buat Mas Herry, cari sanadnya hadits ini apakah SHAHIH? jika tidak maka akan terkena ancaman Rasululluh yang sangat besar. Maka hati-hatilah dalam menyampaikan “perkataan Rasululluh”.
Wew… sebuah pencerahan buat kaum awam seperti saya..
thanks berat bung’
Kang Herry salam kenal…minta izin buat kopi artikelnya yah…bagus banget, informasi yang mencerahkan buat temen2 kampus…syukron lho sebelumnya…
Puasa adalah wajib untuk melatih mengelola hawa nafsu:mrgreen: begitu ajaran semua agama
kalau puasa kudu berbuka pake kurma apa mungkin itu cuma pesan sponsor aja:smile: ngacir dulu ah ada (iklan) yang mau lewat
Kang Herry, minta izin bajak artikelnya nih…hehehe.
Wah, ternyata salah yah paradigma selama ini? ๐ Bahkan malah muncul dalam iklan2 televisi. Saya selama ini percaya bahkan yakin bahwa kalo buka harus dengan yang manis-manis… Baru tahu sekarang nih, Trims infonya! Simpan dulu ah.
nek akeh pikiran iso di jadikan tips untuk diet ra..? ๐
salam kenal yo mas…
kayaknya saya dulu pernah baca kalau artikel tentang larangan berbuka dengan yang manis ini hoax semata. maaf kalau saya yang salah
Assalamualaikum. suluk dari kelantan ke? macam pernah…..:?::?::?::roll:
ini nyang namanya ngelmu, manteb (pake b bukan p) bener !
huhu., mo bilang banget aja kliru bangte ๐
wah panjang bangte halaman ini,
gak postingnya gak komentnya ๐ keren..
Kemana aja? koq udah lama gak ada tulisan baru ๐
wah, ternyata artikel yg asli ada di sini ya?:smile:
Sama juga kaya’ mas aboel, saya juga dapet artikel ni dari milis.:mrgreen:, trus saya posting di blog…
Salam alaikum..
Mas, sy nemu artikel ini lewat forward Email teman..berupa Attachment file PDF, trus sy masukkan ke Blog, alhamdulillah ada yg info bahwa artikel aslinya ada disini, sy link ke Blog ya..
Nice.. Posting.. sy mesti sering2 mampir.. nech
Salam kenal..
aboel – http://aboels.blogspot.com
Artikel yang bagus.. ilmiah
Pantesan saya tambah ndut nih… hehehe
tanks artikelnya kang heri… inyong jadi ngeehh omongan emak gw.. Emak gw sering ngomong kalo buka puasa berbukalah dengan sesuatu yang tidak berasap ( dimasak/direbus/dibakar/diolah) contohnya air putih..bukan air teh..trus buah buahan kalo ada… ga tau emak gw tau dr mana tp emak ngomong itu yang dianjurkan nabi… (maklum emak gw suka ngaji kitab dr kyai ke kyai dr habib ke habib.. jd kalo dasar alasannya gw ga tau persis) masuk akal juga kalo di paduin ama artikelnya kang heri. tanks.
Mas Sugeng,
Saya jawab via e-mail saja ya.
Mas Herry,
Saya sangat tertarik dengan semua tulisan Mas/Kang Herry. Sudah ada yang nerbitkan atau belum? Agar lebih banyak yang bisa membacanya, bolehkan saya terbitkan menjadi buku (dengan
segala ketentuan yang berlaku pada penerbitan buku).
Mohon balas ke email saya, ya.
Sugeng
Penerbit Inspira (baru)
Jika menemukan buah kurma, berbuka dg buah kurma lebih baik, seperti sabda Rasulullah SAW. Tapi jika yg ada cma manisan kurma, bukan buah kurma, air putih lebih baik. Gitu kan?
Kalo di sini
dan di sini
memang benar bahwa dates atau buah kurma mengandung karbohidrat kompleks. Bahkan dikatakan di sana dates sugar juga mengandung karbohidrat kompleks.
Mungkin sebagian peneliti yang menyebut kurma penuh karbohidrat kompleks, sampelnya adalah BUAH kurma, seperti yang dimakan eksi di atas di malaysia.
Sebagian peneliti lain meneliti kurma sampelnya adalah MANISAN kurma, sehingga kandungan tertingginya adalah karbohidrat simpel.
Saya setuju, buah kurma dan manisan kurma tidak sama. Mungkin yang perlu dilihat adalah, sampelnya apa: manisan kurma atau buah kurma.
Anyway, good article. Makasih Mas Herry. Teruslah menulis, tulisan-tulisan anda penuh pencerahan. Saya menikmati tulisan-tulisan anda.
Assalamualaikum..,,
menarik artikel-artikel disini…, Saya ingin linkkan dengan blog saya.. Semoga Allah sentiasa memudahkan saudara menulis artikel-artikel yang hebat-hebat..
buah kurma tidak sama dengan manisan kurma, mas herry benar. Ini saya kutip dari blognya Eksi, orang indonesia yang tinggal di malaysia. Ada foto buah kurmanya loh..
http://eksinads.com/?p=71
Wah, mas…
Ada yang membantah dengan data factual juga di sini (aridha.multiply.com)
Mencari kebenaran memang jalan yang panjang ya…
boss.. setelah saya forward ke milis kantoran,, ada yang bertanya tentang madu..
[quote]Kalau madu masuk yg mana ?
– Karbohidrat sedehana atau kompleks ?
– GI rendah atau tinggi ? ?[/quote]
mohon di jawab.
thanx.
Waduh…
Tiwas selalu berbuka dengan teh manis….
Mungkin kalau bisa minum air putih dahulu baru minumteh manis kali ya…
BTW..makasih artikelnya [-0
Mas Herry minta informasi ttg kurma yg di-Impor di Indonesia sdh dlm bentuk manisan. Sekalian tips memilih kurma yg bagus. Jazakalloh
Inilah akibatnya kalau menulis tanpa pengetahuan yang mendasarinya. Saya membuat reply atas tulisan ini di http://sqvalkic.blogspot.com
Mohon diklarifikasi segera, karena pendapat Anda kurang tepat adanya. Saran saya, tulislah yang sesuai dengan bidang keahlian Anda, karena semakin jauh, semakin besar peluang menuliskan pendapat yang keliru
“…Manisan kurma ini justru ditambah kandungan gula yang berlipat-lipat kadarnya agar awet dalam perjalanan ekspornya. Sangat jarang kita menemukan kurma impor yang masih asli dan belum berupa manisan. Kalaupun ada, sangat mungkin harganya menjadi sangat mahal…”
Setahu saya kurma yang masuk ke Indonesia adalah kurma yang diproses dengan cara dikeringkan dijemur.
Tidak adanya kurma segar masuk ke Indonesia dikarenakan dalam 2-3 hari setelah kurma segar yang renyah dan tidak terlalu manis kita beli akan menjadi soft dan berwarna kehitaman walaupun disimpan dalam lemari es. Dan kurma hanya berbuah saat musim panas sekitar bulan Agustus.
Kurma kering ini pada faktanya masuk ke Indonesia berbeda kadar airnya, ada yang agak basah, dan yang kering (seperti dalam kemasan di supermarket berlabel tunisian dates) diproses cukup profesional.
Apakah mas Herry punya data penambahan gula pada kurma yang masuk ke Indonesia? Karena tanpa ditambah gulapun kurma sudah cukup awet dengan dikeringkan. Penambahan gula sebagai pengawet juga tidak perlu dilakukan karena kurma sudah memiliki kandungan gula yang cukup untuk mengawetkan dirinya sendiri dengan pengeringan. (Selain menambah biaya produksi yang tidak perlu)
Tampak seperti ‘manisan’ karena pengeringan kurma itu sendiri yang masih mengandung banyak kadar air.
terimakasih atas artikelnya yang sangat menarik ini.
Saya berharap, uraian mas herry didukung dengan referensi yang up to date biar info nya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. So, kami2 yang penasaran juga bisa turut menelusuri referensi tersebut, dan kita bisa belajar bersama.
Thanks ya
mila
kalau saya sih malah berpikir kalau apa yang diucapkan nabi itu cuma contoh. Contoh bahwa kalau kita puasa, maka untuk bukanya harus makan dan minum. Makan dalam artian bukan harus kurma, dan minum bisa apa saja.
Tafsirannya khan bisa gitu.. iya gak sih?
yang penting khan buka-nya, dan bukan apa yang dimakan..
1.Kalau ingin sehat, ikuti saja kata Rasulullah: โMakanlah hanya ketika lapar, dan berhentilah makan sebelum kenyang.โ Juga, isi sepertiga perut dengan makanan, sepertiga lagi air, dan sepertiga sisanya biarkan kosong.
2. โKita (Kaum Muslimin) adalah suatu kaum yang bila telah merasa lapar barulah makan, dan apabila makan tidak hingga kenyang,โ kata Rasulullah.
Sepengetahuan saya dua kalimat yang saya kutip di atas bukan khabar dari rasulullah, namun memang sudah terlanjur populer sebagai hadits. Jadi klo bisa ditulis sebagai atsar aja, karena kita harus menjaga diri jangan sampai kita termasuk orang orang yang menyebarkan kedustaan atas nama Rasulullah saw yang hukumannya adalah neraka sebagaimana kita pahami dari hadits dari Imam Muslim dan selainnya
ooh..baru ngeh saya..ttg segala “manis” yang terkait dengan puasa.bagus untuk bahan ngobrol dengan bule2 disini yang kritis dan pengen tahun islam lebih jauh.
anw, boleh tahu sufi yang dimaksud sapa ya?:roll:
artikelnya cukup mencerahkan. terimakasih om herry.
sekalian salam kenal
regards
Mas ARidha,
mmh…th lalu dan 2 th lalu saya menemukan jenis kurma segar/alami yg pnah dibahas tsb. Dan rasanya mmg benar tidak semanis kurma lainnya. Saya jumpai dan beli di All Fresh mal Ambasador / Total buah di k.Gading bulevard. Merk Medjool (california), biasa saya temui yg lembut tapi sangat manis. Tp saat itu tnyata mereka juga jual yg masih pucat dan renyah layaknya buah. Namun harganya mmg ruarr biasa.. Mungkin selain biaya import, biaya penyimpanannya juga tinggi.
Hanya saran survei, tdk bmaksud lain2 lho.. Peace:grin:
Bagus…
Salam kenal, dan selamat menunaikan ibadah puasa ya buat kita semua ๐
bagus nih artikel nya… saya del icious dulu bang ๐
Assalaamu’alaykum,
Silakan kunjungi tanggapan berikut:
http://aridha.multiply.com/journal/item/36/Bantahan_Berbuka_puasa_dengan_yang_manis-manis
Semoga bermanfaat.
Setujuu…
Ijin “nyomot” artikel bharga ini, n ‘met puasa Ramadhan, Mas ๐
mas Herry,
ijin print artikelnya ya….jazzakallah…
menarik sekali tulisanya, menambah wawasan,btw ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan/komentar :
setahu saya utk break fasting ada kondisi semacam hipoglikemi dalam darah shg diperlukan energi yang diperoleh secara cepat ,utk segera memenuhi kebutuhan jaringan/sel akan energi (syaraf dan erythrosit misalnya), yang itu diperoleh dari bentuk monosakarida (glukosa , fruktosa).kalo dirumah sakit kalo tdk salah pada pasien diabetes mellitus yang mengalami hipoglikemia utk terapinya malah diberikan glukosa 40 % bolus malah.kalo utk menu makan sehari hari dalam kondisi normal kita hindari makanan manis saya setuju, tapi dalam kondisi pasca puasa apakah juga sama?
kalo yang dikhawatirkan adalah penimbunan lemak akibat respon insulin yang cepat saat berbuka puasa, pertanyaan saya adalah apakah jumlah gula sederhana yang masuk cukup signifikan jumlahnya(misal setengah gelas air gula, utk membatalkan /berbuka puasa, lalu sholat magrib) sehingga sempat sampai ditimbun menjadi lemak, krn kalo tdk salah penimbunan lemak baru terjadi bila energi yang diperlukan jaringan sdh berlebihan sehingga gula yang ada akan disimpan dalam bentuk glikogen /lemak.kalo utk dinnernya, lain lagi persoalan. terimakasih.
mas mbok dibahas tentang hipnosis ato nlp dr segi sufi
mas…ngulangin ijin comot, artikele udah tak kopas dibagi untuk sodara n temen temen…mungkin dulu ijinku keputus pas telkomnet instane down alias DC. ini ijin lagi..
matus tengkyu
Wasalam:lol:
mas herry boleh saya tahu darimana asal artikelnya?
terutama tentang statement:
“Ketika berpuasa, kadar gula darah kita menurun. Kurma, sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah, adalah karbohidrat kompleks, bukan gula (karbohidrat sederhana). Karbohidrat kompleks, untuk menjadi glikogen, perlu diproses sehingga makan waktu. Sebaliknya, kalau makan yang manis-manis, kadar gula darah akan melonjak naik, langsung. Bum. Sangat tidak sehat. Kalau karbohidrat kompleks seperti kurma asli, naiknya pelan-pelan.”
setahu saya kurma asli lebih banyak mengandung monosakarida (glukosa dan fruktosa)
jazakallah b4
๐
Artikel yang menarik.
Om, saya comot artikelnya ya, buat di bagi ke tetangga.
Assalamu’alaikum
Mas Herry, saya print artikelnya ya Mas, buat teman-teman yang nggka punya internet.
Agung
berbuka yang manis terus neh udah sebulan, makna neh bedahan shaum, I’m so thirsty
Subhanallah…
terbukti lagi Allah Maha Adil…. di negeri padang pasir yang miskin tumbuhan dan tanaman, Allah justru menurunkan satu buah yang kaya akan nutrisi dan zat-zat penting buat tubuh. Satu jenis buah kurma bisa menandingi kumpulan beberapa jenis buah dan tumbuhan dari daerah tropis sekalipun.
Yang kedua, terbukti lagi anjuran nabi kita alaihissholatu wasallam.. “makanlah sebelum kamu lapar, dan berhentilah makan sebelum kamu kenyang”.
Persis dengan saran “Ingin Kurus” pada tulisan di atas.. makan yang sering dan tidak terlalu banyak. Dengan kata lain, kondisi “sebelum lapar” tercapai, kondisi “sebelum kenyang” juga terpenuhi.
wa alaikum salaam, salam kenal juga, mas kobal ๐ merah telor itu sedekah untuk semut, hehehe… setiap tiga telur, dua kuningnya untuk mereka. saya cukup satu saja ๐
Terima kasih atas artikelnya yang menarik.
By the way menurut pandangan saya gula sederhana tetap diperlukan untuk menaikkan kadar gula karena long fasting menimbulkan penurunan kadar gula yang turun ( hipoglikemia lebih bahaya ketimbang hiperglikemia). Low GI dan karbohidrat komplek adalah pilihan terbaik. Mungkin yang perlu diwaspadai adalah sering umat Islam lapar mata bukan lapar perut sehingga ingin semua dimasukkan ke dalam perut dan lupa nasihat Rasulullah bahwa berhenti makan sebelum kenyang. Perubahan lifestyle kita yang sedentary membuat low activity dan makanan yan gberkalori tinggi. Kalo dalam program diet tentu kita akan berpatokan pada aktivitas dan kalori. Nah mungkin yang penting adalah makanan seperti nasi gak papa asalkan jumlahnya tidak lebih dari kalori yang dihasilkan. Makanan diet memang 4-5x/hari dengan pembatasan karbohidat agar mengurangi resistensi insulin. Ha ha..tapi kenap kuning telor anda taburkan kan mubazir deh hehe. Nggak usah takut kolesterol asalkan HDL anda baik dengan makanan yang kaya HDL…Salam kenal. Assalamualaikum
@Putri
kalo saya sih pokoknya makan kurma, gak ngurus mo asli apa palsu ๐ soalnya kalo menurut saya yg asli tuh yach yg masih dipohonnya kekekeke :mrgreen::mrgreen:
@Herry
tul, emang dah di link beberap hari hihihihihih :mrgreen::mrgreen: sorry, eh makacih gt degh ๐ฎ
Assalamu ‘alaikum……….
Jazakillah atas jawabannya ….
Trus, aku mo tanya, kalo kurma yang dijual di supermarket kemasan kardus dan ada batangnya ( harga lumayan ) itu kurma asli yah ? paling ga mendekati lah atau tanpa pemanis/gula!
Ga tau kenapa yah, buka pusa tanpa kurma gimana gitu….
Mungkin dah kebiasaan kali yah….
bukannya udah beberapa hari ngelink ya? ๐ ya boleh lah. Udah saya add juga di ‘suluk friends’ kok.
jangan lupa makan kurma dulu ama jangan yang pedes2 yach ๐ oh iya, buat bang Mardian, saya add alamat blog mas Mardian yg ini di blogroll saya, boleh?
Wassalam,
G
@ Eva: minum air putih dulu segelas/dua gelas. shalat maghrib, baru makan nasi.
kalo lebih bergizi ya gak apa… bagus malah. maksud Al-Ghazali dengan ‘sama’ itu tidak memakan-makanan berlebihan yang seperti makanan pesta ketika buka puasa. Bukan berarti kalau diluar ramadhan asupannya kurang bergizi, maka di ramadhan tidak boleh yang lebih bergizi ๐
Btw gejala batuk-pilek-sariawan-susah bab, kok seperti gejala kurang minum ya… coba setiap buka minum air putih dulu dua/tiga gelas, lalu shalat maghrib. Juga, biasakan setiap bangun pagi, sebelum ngapa-ngapain, hal pertama yang dikerjakan adalah minum dua gelas air putih, kemudian shalat subuh.
Mohan pencerahan………..
Masalahnya kalo puasa tuh, saya biasanya cepet terserang penyakit ( seperti batuk,pilek, sariawan, susah buang air ) jadi kalo pas buka tuh harus makan yang lebih bergizi, jadi ga bisa sama antara makan hari biasa dengan makanan di bulan puasa ? Gimana donk ? saya tunggu jawabannya yah, Mas Herry ๐
makasih…..
wah….seneng banget dapet ilmu baru. BAru nyadar kalo ternyata selama ini saya termasuk korban propaganda iklan. KAdang saya suka ngerasa bersalah kalo buka puasa langsung makan nasi hehehe….artikel nya bagus banget ๐
ciamek can !
To mas Didik:
Secara umum, obat penyakit hati itu ada dalam lagu “Tombok Ati” yang suka dinyanyikan Opick.
Tombok Ati
———-
Tombo ati iku limo perkarane
Kaping pisan moco Quran lan maknane
Kaping pindo sholat wengi lakonono
Kaping telu wong kang sholeh kumpulono
Kaping papat kudu weteng ingkang luwe
Kaping limo dzikir wengi ingkang suwe
Salah sawijine sopo bisa ngelakoni
Mugi-mugi gusti Allah nyembadani
Obat hati ada lima perkaranya
Yang pertama baca Quran dan maknanya
Yang kedua sholat malam dirikanlah
Yang ketiga berkumpullah dengan orang sholeh
Yang keempat perbanyaklah berpuasa
Yang kelima dzikir malam perbanyaklah
Salah satunya siapa bisa menjalani
Moga-moga Gusti Allah mencukupi
Mungkin kalori makanannya nggak surplus untuk pertumbuhan otot, ca, energi makanannya pas habis untuk aktivitas satu hari. Mungkin impas, atau malah kurang. Kalau makannya sudah teratur, energi dari karbohidrat kompleksnya tambah dikit-dikit sampai terasa kenaikan berat badan.
wa salaam.
knapa ya aku ga gemuk2, pdhl kyknya pola makanku termasuk yang “sering dan 50% karbo (nasi/kentang/jagung)”,walopun emang minus olahraga sih ๐
ada yang bilang kalo aku tuh kurang asupan lemak (kolesterol rendah?) hmmm… thx anyway artikelnya ya mas
salaam
Assalamualaikum…
Mass’.. please bantu saya :
menundukkan hati..
beraktifitas keseharian yang tanpa riya/pamer /ujub / sombong/ dll… meskipun di dalam hati
( saat menulis inipun sempat terlintas rasa ingin pamer saya. walaupun saya duduk diam di depan keyboard).. maaf
semoga berkenan membalasnya ke email saya
terima kasih
didik rohmawan
matur nuwun kang herry mbantu mata ini jadi tidak merem
salaam jumpaa!
wah bener dech soalnya udah mbuktiin bahwa biang perut dan pipi tembem itu terutama minuman manis-manis yg tdk disadari (biarpun makan udah dikiit karbohidrat)
ada koreksi buah kurma itu dari sononya kalau masak jadi manis tidak dijadikan manisan (coba tanam bijinya!.. akan tumbuh) cuma yg beredar udah kelewat masak/lembek itu yang menurunkan nilai gizi dan karbohidrat kompleksnya sudah banyak terurai
trims
Terimakasih Mas Zaenal Mutaqqin!
Mas Herry Mardian: Kapan ya keluar artikel Isra’ Mi’raj? Beberapa buku menjelaskan kejadian tersebut; berusaha ilmiah, tapi malah membingungkan logika akal-pikir? ‘Barat’ yang sarat logika akal-pikir (tanpa bathin) menganggapnya sebagai bualan.. padahal ‘ilmu-nya’ (anggap) memadai, bahkan beberapa ‘orang’ menyuruh menerima cerita tersebut sebagai apa adanya tanpa memberikan pencerahan, telan.. telan dan telan!
Terimakasih.
Rageh.
(di atas ada yang belum dijawab loh: lailatul qadr – fitri)
tulisannya bagus
udah itu aja
Nggak nyampe tuh. Tapi yang sebelumnya sudah saya reply ya.
mas email ku nyampe nggak soal tadi ada gangguan
hatur nuhun
Makasih kembali, eksi
Pantesaaaannn… Saya mau kurus gak bisa2x, ituuuu toohh penyebabnyaaaa ๐ Makasih yah Mas Herry buat artikelnya, bagusss banget…
@ Rageh:
Mengumbar hawa nafsu bukan ya? Yang jelas itu termasuk ‘berpanjang angan-angan’: hawa nafsu terikat tapi diiming-imingi sesuatu yang nikmat. Seperti komentar Zaenal di atas, menurut Al-Ghazali puasa ibarat mengurung hewan-hewan buas hawa nafsu kita. Lha, kalau selama dikurung hewan-hewannya malah diiming-imingi makanan-makanan lezat (padahal mereka tidak dapat menyentuhnya), bukannya tambah jinak malah tambah liar dong nanti… Pas kurungannya dibuka, kelaparan mereka akan meledak dan malah kita yang dimakan ๐
Jadi fungsi puasa untuk menjinakkan hawa nafsu ya gagal…. puasa seharusnya sampai ke batin, bukan sekedar menahan haus dan lapar jasadiyah..
Makasih ๐
Reminder yang bagus, zae… Terutama permisalan dari Al-Ghazali. Baru nyadar….
Makasih ๐
Diskusi panjang lebar begini, nanti jangan salah ‘setting’ kalau menyuguhkan makanan saat buka puasa atau halal bihalal.
Saya maklum bahwa banyak ibu-ibu yang sangat bersemangat menghidangkan kolak-kolak yang lezat, kue-kue yang mengundang selera dan makanan-makanan lain yang sulit ditolak — bahkan oleh akal sehat sekalipun.
Jadi, mohon kiranya ada yang mau memberi pengertian kepada para ibu-ibu: “bukan maksud hati menolak pemberian, tapi masalahnya jika sudah terhidang kami pasti kehilangan akal sehat”.:grin:
Saya menyinggung tentang halal bihalal, karena hal itu pun disinggung oleh Al-Ghazali. Secara umum, “buka puasa” itu mengandung dua pengertian: berbuka saat maghrib, dan berbuka diakhir Ramadhan (syawal).
Soal makanan untuk berbuka, bukan hanya harus menghindari makanan yang manis-manis, Al-Ghazali juga menekankan adab agar puasa itu bisa berhasil. Berikut diantaranya:
– Tidak makan berlebihan
– Tidak makan makanan yang berbeda dari hari-hari diluar puasa.
Dalam sebuah pengibaratan, hawa nafsu dan syahwat itu seperti binatang buas. Puasa itu adalah jalan untuk memperlemah kekuatan binatang-binatang buas tersebut di dalam diri kita. Tetapi apa jadinya bila setelah seharian binatang-binatang buas tersebut dibiarkan lapar seharian (atau sebulan penuh), lalu kita suguhkan makanan-makanan yang menjadi kesukaannya secara berlebihan atau lebih enak?
Menurut Al-Ghazali, yang terjadi bukannya binatang-binatang buas itu semakin lemah, malah selepas puasa kebuasan binatang-binatang tersebut makin menjadi-jadi.
Jadi, ingat-ingat yang kita makan hari ini, nanti jangan lupa saat buka puasa atau syawal maksimal seperti itulah hidangan yang kita santap.
Salam,
~zaenal
Mas Herry Mardian,
“Tidurnya orang berpuasa berpahala”.
Orang yang sedang tidur layaknya seperti orang mati, perbedaannya: ada nafas dan tidak ada nafasnya, persamaannya: sama-sama tidak punya hawa nafsu, kecuali tidurnya orang yang mimpi basah (mungkin).
Maaf melenceng dari topik.
Kalau seseorang meng-idola-kan makanan berbuka puasa padahal waktu itu belum saatnya untuk berbuka puasa, apakah hal ini mengumbar hawa nafsu?
Pada bulan Ramadhan ada ‘satu malam’ dan ‘satu rasa’ yang ditunggu-tunggu oleh banyak orang, tapi kebanyakan melupa atau terlupa bahkan lupa.. apakah Mas Herry pernah mengalami ‘lailatul qadr’ dan ‘fitri’ (bukan ‘idul fitri’ loh)?
Terimakasih sebelumnya, juga atas responnya yang begitu cepat pada topik Bangkit Dari Keterpurukan.
Rageh.
ambil, gin!
culik ah..
dikiiit!
Eeh ๐ฎ gue salah masuk website ya!? kok tiba-tiba ada panduan untuk fitness dan diet…