Lailatul Qadr

Al-Qadr

: :

Assalaamu alaikum,

Apakah Lailatul Qadr itu turunnya bersamaan untuk semua orang? Ataukah merupakan pencapaian spiritual puncak dalam Ramadhan sehingga tidak turun bersamaan untuk semua orang, mungkinkah malam ini adalah malam puncak rasa peng-a’bud-an?

Jika seorang manusia sanggup berpuasa secara total seperti yang dicontohkan Rasulullah, tentunya dengan ijin Allah pula Ia akan bertemu pada masa ini pada masa akhir bulan penyucian. Pikiran ini mengganggu saya dan saya sudah cari-cari referensi namun belum Allah ijinkan untuk menemukan referensi yang bisa menjawab.

Terima kasih sebelumnya.

W


: :

[JAWAB]

Wa alaikum salaam wr wb,

Tentang malam LQ, saya nggak tau banyak juga. Masih misteri buat saya.

Sesuai namanya, ‘Lailatul Qadr’, artinya kurang lebih ‘malam kadar’. Bukan malam penetapan kadar/takdir setahun kedepan (ini nisyfu sya’ban), tapi malam di mana Allah mengkonfirmasi kadar pengenalan diri Muhammad SAW. Allah me-‘legalisir’ (men-sertifikasi? mem-formalkan?) pengenalan diri Muhammad SAW dengan mengutus malaikat Jibril kepada beliau SAW, yang mengatakan bahwa dia adalah (diciptakan sebagai) utusan Allah, menjadi Rasul tertinggi untuk alam semesta; dan sekaligus dianugerahi perangkat untuk menjalankan tugasnya: Al-Qur’an. Di malam itu, Rasulullah menerima konfirmasi dari Allah ta’ala. Ia tidak cuma berwaham, atau menduga-duga ‘sepertinya’ saya dapet LQ, atau, ‘sepertinya’ saya nabi.

Jika diterjemahkan jadi bahasa Indonesia, ‘malam kadar’ terdengar susah dipahami. Kalau jadi ‘Night of Values’, atau ‘Night of Measures’, ‘Night of Decree’, mungkin lebih terbayang arahnya ke mana. Buat saya, malam itu adalah malam di mana seseorang di-konfirmasi oleh Allah sejauh mana kadar dirinya, kemampuan-kemampuannya yang sesungguhnya, sejauh apa, dan untuk apa saja semua kemampuannya itu. Yah, malam mengenal diri. Buat kita, rasanya terjemahan yang tepat adalah “Malam Pemahaman Kadar Diri”.

Ambil contoh kasus lain. Malam kadar ini, jika pada Nabi Musa, misalnya, sebenarnya sama dengan malam ketika Beliau melihat pohon Api, dan di malam itu Allah berbicara kepadanya, “Mendekatlah, Musa. Lepas alas kakimu. Akulah Allah, Rabb semesta Alam. Dan engkau adalah nabi bagi Bani Israil… lemparkan tongkatmu,” lalu tongkatnya menjadi ular, tangannya berwarna putih, dan seterusnya.

Ibarat orang belajar jadi pilot, seseorang diberi ijazah di malam itu: minatnya ke bidang pilot-memilot adalah benar, belajarnya benar, ketertarikannya pada pesawat benar, kenapa sejak kecil ia tertarik pesawat, dan kini layak menyandang profesi dan menyebut diri sebagai seorang pilot. Jibril as sendiri yang membawakan dan menyerahkan ijazah sekaligus surat tugas, lengkap dengan segala tools-nya. Setelah itu, yang bersangkutan tinggal praktek dan menjalankan tugasnya (amal solehnya), sepenuhnya di bawah komando (bimbingan) tower Allah ta’ala. Ini sebuah babak baru lagi. Hidupnya yang sejati baru mulai.

Nah, yang terjadi pada Rasulullah adalah, let’s say, di malam 27 Ramadhan (atau 17 Ramadhan, yang diyakini umumnya orang Indonesia. Riwayatnya sendiri mengenai tanggal, belum bisa dipastikan tanggal berapa di bulan Ramadhan. Banyak ulama yang juga meyakini bahwa turunnya Qur’an adalah malam 27 Ramadhan). Apakah setiap manusia yang ingin mengenal diri, akan juga menerima konfirmasi ‘kelulusannya’ di malam 27 Ramadhan? Tidak, kalau menurut saya. Bahkan tidak juga di 10 malam terakhir Ramadhan.

Tapi di sisi lain, bukan berarti di malam-malam ganjil itu buat kita tidak ada apa-apa sama sekali. Haditsnya jelas, kan.

Saya percaya, Rasulullah Muhammad, sebagai ‘gambaran’ Allah, citra Allah termirip (perhatikan: ‘citra’ Allah, bukan zat Allah) yang bisa dikenali indra fisik manusia, segala sesuatu yang terjadi dalam hidup Beliau adalah realitas yang sekaligus berfungsi sebagai simbol. Rasulullah SAW, ibaratnya, adalah gambaran citra Allah yang ‘direduksi’ (pardon the language) ke dalam bentuk yang paling sederhana, namun dalam kompleksitas kadar-kadarnya yang masih sesuai perbandingannya. Demikian pula, malam LQ beliau di tanggal 27 Ramadhan adalah simbol sesuatu.

Yang saya percaya, di malam-malam Ramadhan, terutama 10 malam terakhir, Allah memberi banyak sekali kemudahan yang amat sangat, membuka banyak sekali pintu, bagi orang-orang yang ingin mengenal Allah, mendekat pada-Nya, mengenal kadar dirinya, berbeda jumlahnya dan kemudahannya dari hari-hari biasa (misal: setan-setan ‘diikat’, mereka tidak bisa mempersulit di bulan ini)

Apakah malam LQ serentak bagi semua orang, atau berbeda-beda? Yang serentak umum untuk semua orang ada, yang khusus per individu pun ada.

Yang umum, ibarat di malam itu Allah membuka semua pintu spiritual ke langit selebar-lebarnya untuk semua orang, silahkan siapapun yang ingin memanfaatkan momen ini. Ini ibaratnya, ketika semua tangga naik dibuka. Jika ada seorang suci di akhir bulan Ramadhan mengatakan, misalnya, “anak-anakku, malam ini malam LQ. Bangunlah, dan beribadah,” maka maksud malam LQ-nya adalah malam yang pintu-pintu naik dibuka semuanya ini.

Nah, yang khusus, yang orang per orang, tidak selalu di malam ganjil. Bahkan tidak selalu di bulan Ramadhan. Ibnu ‘Arabi pernah mengatakan hal yang aneh dan dianggap orang awam bertentangan dengan hadits, salah satu alasan orang menyesatkan beliau. Ia mengatakan, ‘beberapa kali aku menyaksikan malam Lailatul Qadar ada di luar bulan Ramadhan’. Nah, agaknya yang beliau maksud adalah yang khusus ini. Yang khusus ini adalah ibarat ada tangga dari langit turun khusus ke diri kita.

Pada Rasulullah Muhammad, karena beliau sosok yang jadi standard measure, dua jenis LQ ini (naik dan turun) agaknya terjadi di malam yang sama, sekaligus. Match. Perfect.

Yang terjadi di kita pada umumnya, adalah sistem SKS. Di hari-hari lain kita relatif tidak ingat Allah, namun kita begadang tidak tidur pada malam ganjil, berharap dapat pahala sebanyak-banyaknya. Dan, di akhir Ramadhan, jangankan tentang kadar alam semesta. Pemahaman kita tentang kadar diri kita sendiri saja tidak bertambah sejengkal pun, meski nama malam itu adalah malam ‘Qadar’.

Yang terjadi, di malam-malam ganjil Ramadhan kita malah memperhatikan bintang di langit, atau suara-suara serangga di malam hari, atau suhu udara. Jika malamnya sejuk, sunyi senyap, atau langit penuh bintang, di keesokan paginya di status-status Facebook tertulis, “Horeeeeee…. dapaaat! Yakin banget semalem!” dan sejenisnya
🙂

Ada alasan di balik hadits ‘Sesungguhnya Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan ummatku’, dan kenapa ketiga bulan tersebut pahalanya besar-besar sekali. Menurut saya, didampingkannya ketiga bulan itu adalah isyarat bahwa sesungguhnya tiga bulan itu adalah satu rangkaian.

Seharusnya, setelat-telatnya, kita mulai start di malam pertama bulan Rajab. Sepuluh malam terakhir Ramadhan sesungguhnya adalah puncak dari rangkaian pengkhususan kita menghadapkan diri pada Allah selama tiga bulan itu. Wajar dan sangat logis kalau orang yang melakukannya akan mendapatkan sesuatu.

Ibarat kuliah, mahasiswa yang sudah mulai mencicil membaca textbook di awal semester, meski sedikit-sedikit, di ujian akhir dia hanya perlu belajar sedikit saja, sekedar enhancing memory. Seorang mahasiswa tentu tidak akan bisa berharap banyak jika dia baru mulai membuka-buka semua textbook semalam sebelum ujian, kan?

Seorang shiddiqin yang saya tahu bahkan menasehati lebih keras lagi, “Kalau ingin dapat lailatul qadar, mulailah start sejak bulan Syawal. Kalau ingin dapat yang khusus, ibadahnya pun harus khusus. Kalau biasa-biasa, dapatnya pun yang biasa-biasa juga.”

Jadi, kalau pengalaman beliau, setelah lebaran, kita langsung set mental dan ritual untuk mengejar LQ di Ramadhan tahun depan, dengan ibadah-ibadah khusus yang kalau kita mungkin hanya melakukannya di hari-hari terakhir bulan Ramadhan.

Itu sekedar yang saya pahami, mas. Semoga menjawab, ya. Kita saling mendoakan saja agar semakin mengenal kadar diri di Ramadhan yang akan datang, dan dibimbing serta dimudahkan Allah untuk mencapainya ya. Saya juga ingin dapat kesempurnaan Lailatur Qadar.

Salaam,

Herry Mardian.

0 comments On Lailatul Qadr

  • Lailatul Qodar adalah makhluk yang sangat agung…
    Maka raihlah dia dengan sikap keagungan…
    Lailatul Qodar adalah makhluk yang sangat mulia…
    Maka gandeng dia dengan akhak kemuliaan…
    Lailatul Qodar adalah makhluk yang sangat lembut…
    Maka gapai dia dengan budi kelembutan…
    Lailatul Qodar adalah makhluk yang sangat tulus…
    Maka peluk erat dia dengan keikhlasan…
    Lailatul Qodar adalah makhl
    uk yang sangat kasih…
    Maka duduklah bersamanya dalam pelaminan cinta…

    Betapa elok wajahnya…
    Betapa gemulai geraknya…
    Betapa ceria senyumnya…
    Betapa harum semerbak aromanya..
    Betapa menentramkan kehadirannya…
    Duhai para malaikat tunggu aku…
    Duhai para kekasih ajak aku…
    Duhai para sholih gandeng tanganku…
    Aku datang tidak sendirian…
    Aku datang bersama para guruku…
    Aku datang bersama ayah ibuku…
    Aku datang bersama kedua mertuaku…
    Aku datang bersama istri dan anak-anakku…
    Kami ingin menikmati kebersamaan kita…
    Biarkan kerinduan ini terlampiaskan…
    Ya Allah…jantung kami berhenti berdetak…
    Ya Allah…paru-paru kami berhenti bernafas…
    Ya Allah…nadi kami berhenti berdenyut…
    Ya Allah…ruh kami tercerabut keluar…
    Tak sanggup menahan kerinduan bertemu dengan-Mu
    Ya Allah…semua berhenti…
    Hanya qolbu kami yang berdesah…
    Melafadzkan kalimat…Allah…Allah…Allah…
    Allah…Allah…Allah…
    Allah…Allah…Allah…
    Allah…Allah…Allah…
    Allah…Allah…Allah…
    Allah…Allah…Allah…
    Allah…Allah…Allah…
    Allah…Allah…Allah…
    Kulihat ruhaniyyah kedua orang tuaku…
    Kulihat ruhaniyyah kedua mertuaku…
    Kulihat ruhaniyyah istriku…
    Kulihat ruhaniyyah anak-anakku…
    Kulihat ruhaniyyah keturunanku…
    Diiringi para leluhur mereka yang mulia…
    Menghantar beriringan bersama lailatul qodar…
    Yang penuh kemuliaan…
    Yang penuh keberkahan…

  • Salam saudara Herry, saya juga ada sedikit pertanyaan. Setahu saya malam LQ itu jatuh pada 1 mlm sahaja. Misalnya,malam 27 Ramadhan di Indonesia. Soalan saya,bagaimana kalau saya dinegeri Eropah kerana perbezaan waktu pada tiap-tiap negeri. Terima Kasih.

  • Assalamualaikum saudaraku Mas,

    Pemahaman saya mengenai mlm LQ itu adalah benar, cuma kalau tidak digerakkan rasa oleh Allah SWT maka kita berusaha menjaga bagaimanapun tntu tidak akan berhasil selagi tidak diizinkan oleh allah utk merasai kenikmatan malam tersebut. Justeru mmg kita boleh beramal lebih pada 10 malam terakhir..tapi saya pasti itu bukan fokus utama dan niat kita jika semata utk mendptkan kerana apa yg kita buat apa yg kita dapat hak allah swt…hanya kita diberi pinjaman merasai setiap yang diciptakan utk kita…
    Maaf saudaraku mas jika ada salah dan silap dalam pemahaman ku ini harap anda boleh perbetulkan. terima kasih.

  • Assalamuaalikum wrwb,

    Semoga Allah senantiasa melimpahkan Kasih SayangNYA kepada kita semua dan salam serta shalawat kepada kekasih termulia Rasullullah Muhammad Saw.

    Kang Herry, terima kasih gambaran tentang lailatul qadrnya..
    Tolong dikoreksi yah, jadi malam lailatul qadar itu bisa genap dan ganjil dan bisa diluar ramadhan itu untuk yg khusus saja yah (personal).
    Sedangkan diturunkannya bisa serentak (umum) Berarti walaupun di indonesia malam 28 dan di arab saudi malam 27 berarti indonesia bisa saja dapat malam lailatul qadar yah ?
    Apa ada yang bisa jelaskan “rasa” nya malam lailatul qadar itu seperti apa ? bukan dari fenomena alam tapi rasa yang dialami dalam diri ?
    Apakah ada hadist yang mengatakan kalo malaikat itu turun di 10 malam terakhir ?
    Terima kasih
    Wassalam
    “Mohon Maaf Lahir & Bathin”

Leave a Reply to Nur Afifuddin Cancel Reply

Your email address will not be published.