Memahami Takdir — Bawa Muhaiyaddeen

Muhammad Raheem Bawa Muhaiyaddeen
Diterjemahkan oleh Herry Mardian.

bawa Muhaiyaddeen

ANAK-ANAKKU tersayang, sebenarnya apa yang kita lakukan, apa yang kita perbuat, itulah yang membuahkan takdir kita (Al-Qada’ wal Qadar). Pena-nya ada di tangan kita sendiri, dan kita sendiri yang menulis bukti-bukti yang akan menjadi bahan pertimbangan pada hari pengadilan nanti. Keputusan terakhir akan dibuat berdasarkan tulisan kita ini. Allah akan membacanya dan berkata, “Inilah takdirmu (nasib). Kami akan membuatnya sebagai takdir bagimu.”

Pada keadaan-kedaan tertentu, ketika kita merasa begitu berat menyingkirkan hal tertentu, dan ketika kita merasa itu diluar kemampuan kita, kita akan berkata, “Inilah takdirku.” Jika ada seseorang yang sakit, kita akan mencoba segala macam jenis pengobatan padanya, dan ketika itu tidak berhasil kita akan mengatakan, “Pasti ini sudah takdirnya.”

Sebenarnya Tuhan pun seperti itu ketika memberikan putusan terakhirnya, ketika Dia mengatakan “Itulah nasibnya.”. Dia telah memberikan segalanya pada kita. Dia sudah menurunkan pada kita ke sembilan-puluh-sembilan sifat-Nya, dan hanya satu saja yang dia simpan untuk diri-Nya. Dia mengatakan, “Telah Aku berikan segala-galanya pada manusia, tapi manusia tidak memahami dan malah datang pada-Ku dengan membawa beban-beban neraka. Maka itulah yang akan aku jadikan sebagai nasibnya.” Maka Dia akan berkata lagi, “Kembalilah dengan semua yang kau bawa pada-Ku. Itu akan menjadi milikmu.”

Kita sendirilah yang menciptakan neraka atau surga untuk kita. Apapun dari diri kita yang kita tumbuhkan akan menjadi milik kita, dan hasil berupa keuntungan ataupun bencana, kita sendirilah yang mengusahakannya. Apakah kita harus mengambil neraka bagian demi bagian, kemudian mencoba untuk menghancurkannya? Tidak. Dorong itu semua dari jalan kalian, dan teruslah berjalan. Tidak perlu kita mencoba untuk menghancurkannya, majulah terus saja. Jika ada seekor anjing yang datang mencoba menggigit kita, kita menghindar dan berjalanlah terus. Buat apa kita berhenti dan menggigit balik anjing itu?

Sama seperti itu, jika ada setan mengikuti kita, katakan padanya untuk pergi, dan tetaplah berjalan. Jangan membuang-buang waktu dengannya. Dia hanya akan berteriak-teriak sebentar, tapi kemudian akan pergi. Dosa pun akan mengikuti kita sebentar, tapi jika kita tidak melihat kebelakang, maka ia pun akan pergi. Mereka akan berkata, “Ini bukan tempat kita,” lalu pergi. Akan ada banyak hal yang mengikuti kita selama waktu tertentu. Jika kita melihat kebelakang dan tersenyum lebar-lebar lalu menjadi senang karena kedatangan mereka, maka mereka akan terus mengganggu kita. Tapi jika kita tidak menghiraukan mereka, mereka akan pergi sambil berkata, “Gagal. Manusia ini mengalahkanku. Aku tidak dapat memasukinya.”

Seperti pelacur yang menari-nari untuk menangkap pandangan mata pria, seperti itu pula cara mereka mencuri perhatian kita. Mereka berdandan, menari, dan menangkap perhatian kita. Tapi jika kita langsung berpaling, jika kita punya iman, keyakinan dan tekad pada Allah yang Satu dan terus berjalan, mereka tidak akan mendekati kita. Mereka akan menjaga jarak. Tetap, mereka akan mengikuti kita sebentar, tapi nanti mereka akan pergi meninggalkan kita.

Mereka hanya tertarik pada pikiran dan sifat-sifat tertentu yang buruk pada diri kita. Jika pada suatu saat mereka mencoba untuk mengikatkan diri pada sifat-sifat buruk kita, maka buanglah sifat buruk itu dan teruslah berjalan, maka mereka tidak akan mampu mempengaruhi kita. Mereka akan menjanjikan segalanya: emas, perak, wanita, istana, dan sebagainya. Mereka akan menggoda, “Lihatlah ini! Lihatlah itu!” Tapi jika kalian mengacuhkannya, mereka akan berkata, “Tidak ada yang bisa kita lakukan pada manusia macam ini.”

Jika kalian justru menyambut mereka, tersenyum dan memeluknya, dan merasa senang karenanya, maka mereka akan terus mengikatkan dirinya pada kita. Tapi jika kita halau mereka, mereka akan pergi. Jika ada anjing yang akan menggigit kita, teruslah berjalan. Kita tidak perlu berhenti untuk mencoba menggigitnya balik, karena dia justru akan benar-benar menggigit kita. Jika kita mencoba menakutinya, ia akan menggigit kita. Jika kita mengambil tongkat atau batu, ia tetap akan menggigit kita juga. Oleh karena itu, kita harus berdiri diam dan katakan padanya, “Hai anjing, untuk apa kau terus mengikutiku? Aku tidak pernah menyakitimu. Pergilah, dan lakukan apa yang sudah menjadi tugasmu!” Maka anjing akan pergi dan kita bisa terus berjalan.

Kita harus melakukan hal yang sama setiap kali ada sesuatu yang menangkap kita. Katakanlah, “Tidak, aku tidak akan tertarik. Tidak ada gunanya kau mengikutiku,” dan berjalanlah terus. Tidak perlu merasa takut. Jika kita tatap mereka tanpa rasa takut dan mengatakan, “Pergilah,” maka mereka pun akan pergi.

Anak-anakku, kita sendirilah yang menyiapkan surga atau neraka untuk kita kelak. Takdir kita ditulis oleh tangan kita sendiri, dan kelak kita yang akan memberikannya pada Tuhan, dan barulah setelah itu Dia akan menilainya dan memberikan putusan akhir. Dia berikan pada kita sembilan puluh sembilan sifatnya, dan berkata “Ini menjadi takdirmu. Pergilah dan laksanakan apa yang harus kau kerjakan dengan kesembilan puluh sembilan sifat ini, kemudian kembalilah. Jika dengan ini kau mengumpulkan kebaikan, maka engkau mengusahakan surga. Tapi jika kejahatan yang kau kumpulkan, maka kau mengusahakan neraka. Apapun yang engkau bawa kembali kelak, itu akan menjadi dasar putusan terakhirmu. Aku sendiri yang akan menjadikan keputusan itu sebagai penyempurna takdirmu. Aku serahkan keputusan akhir itu pada tanganmu (Al qada’ wal qadar). Pergilah, selesaikan takdirmu, dan kembalilah. Hasil akhir yang kau peroleh akan menjadi qadha dan qadarmu.”

Jika kita tidak menyadari ini, dan malah menyiapkan neraka bagi kita sendiri, maka Dia pun tidak akan menyiapkan surga. Dia tidak pernah mengatakan, “Apapun yang pernah Aku berikan padamu merupakan takdirmu!” Dia akan senantiasa merubah takdir kalian berdasarkan niat dan perbuatan kalian. Setiap saat kalian minta dimaafkan, Dia akan memaafkan saat itu juga. Setiap saat kalian menyesal dan pemahaman diri kalian bertambah, Dia akan memaafkan kalian. Seiring dengan kebutuhan kalian pada-Nya yang meningkat setahap demi setahap, Dia akan terus menghadiahkan pada kalian hal-hal seperti ini. Jika Dia telah menetapkan takdir bagi kalian terlebih dahulu, tentu Dia tidak akan terus-menerus memberikan maaf seperti ini. Dia telah memberikan kalian kemampuan untuk ber-taubat, dan Dia telah memberikan kalian ampunan-Nya. Karena Dia telah memberikan pada kalian keduanya, kesalahan sekaligus obatnya, maka tentu Dia akan mengampuni setiap kali kalian memintanya.

Lebih jauh lagi, jika takdir kalian telah ditentukan terlebih dahulu, maka kalian tidak akan diperintahkan untuk meminta. Kemampuan meminta dan memohon telah dipersiapkan-Nya khusus untuk kalian, maka tidak ada yang namanya ‘telah ditakdirkan terlebih dahulu.” Khusus bagi manusia, Tuhan telah menyiapkan kemampuan bertaubat, berusaha, dan pengampunan-Nya. Melalui ini semualah kalian bisa meraih kemenangan. Tidak boleh kalian mengatakan, “Semua telah ditulis, tidak ada lagi yang bisa aku lakukan.” Kalian harus berusaha. Dia telah berikan pada kalian sembilan puluh sembilan sifat-Nya.

Mintalah, maka Dia akan memaafkan. Berharaplah dan Dia akan berikan. Minta dan berharaplah, Dia akan memaafkan dan memberikan. Jika kalian mengetuk, pasti Dia akan buka. Minta, maka akan diberikan. Dia pasti memberikan. Allah mengatakan, “Aku akan mengampuni. Mintalah ampunan, mintalah, dan akan Aku berikan yang kalian minta.” Jika Dia telah menuliskan takdir kalian sebelumnya, maka Dia tidak akan memberikan itu.

Tuhan akan menunggu, menunggu sampai kalian diletakkan dalam kubur. Dia menunggu hingga tibanya Hari Perhitungan, dan pada hari itu hanya Dia yang berhak mengajukan pertanyaan. Dan kalian sendirilah yang datang pada-Nya membawa kebaikan atau kejahatan. Seandainya Dia telah menuliskan semua hasilnya, maka tentu tidak ada gunanya kalian diperintahkan untuk mengumpulkan perbuatan baik. Untuk apa lagi Dia ada di sana, harus memberikan penghakiman? Dia ada di sana karena ada yang harus Dia pertimbangkan, Dia menunggu untuk melihat apa yang kalian bawa. Jika seandainya dia sudah menentukan neraka terlebih dahulu untuk kalian, mengapa Dia memerintahkan kedua malaikat di kanan dan kiri kalian untuk terus mencatat perbuatan kalian? Pahamilah, bahwa selama ada hal yang masih belum ditulis, berarti masih ada tempat untuk memperbaiki dan meminta ampun.

Allah menurunkan 124.000 Rasul. Jika semua telah ditetapkan-Nya sejak awal, untuk apa Dia mengirimkan 124.000 rasul? Mengapa mereka semua dikirim? Untuk siapa? Apa Tujuannya? Jika semua telah ditentukan hanya berdasarkan keinginan-Nya, dan semua harus terjadi sebagaimana yang dikehendaki, maka tidak ada gunanya semua Rasul itu diturunkan. Tidak ada alasan untuk merubah apapun.

Allah telah menciptakan pasangan ‘khairr dan sharr‘, baik dan buruk. Dia juga telah ciptakan ‘Al-Qada’ wal Qadar’. Tapi Dia menciptakan semua itu secara sedemikian rupa sehingga apapun yang terjadi merupakan hasil perbuatan manusia sendiri. Dia berikan pada manusia kemampuan untuk merubah apa-apa yang tidak baik. Apapun takdir yang akan manusia dapatkan, merupakan hasil dari niatnya, perkataannya, dan perbuatannya sendiri. Itulah yang telah Allah katakan. Itulah kata-kata Tuhan.

Al-Qur’an memang menyebutkan tentang takdir, tapi jika hanya mengutip kata-kata Qur’an sebenarnya tidaklah cukup. Ada orang yang mampu menghafal ke 6.666 ayat, tapi hanya menghafalkan tidak akan memberikan kebaikan apa-apa. Setiap huruf dalam Qur’an memiliki rahasia didalamnya. Kebenaran Tuhan ada di setiap hurufnya, sebagai sebuah rahasia di dalam rahasia, dan kita harus membuka setiap rahasia satu demi satu, maka barulah kita akan mengerti. Tapi merupakan hal yang mustahil untuk memahami isi Qur’an seluruhnya. Sampai kapan pun, bagaimanapun perubahan yang terjadi di dunia ini, Qur’an akan senantiasa ada, demikian pula rahasia-rahasia yang ada di dalamnya. Dan di dalam rahasia itu, masih ada rahasia lagi.

Qur’an mengandung hukum-hukum dan kata-kata Tuhan. Musim mungkin berubah, dunia mungkin berubah, tapi Tuhan dan kata-kata-Nya tidak akan berubah-ubah. Bergantung pada keadaan dunia pada saat itu, kata-kata dalam Qur’an akan terus menyesuaikan dirinya untuk saat tersebut. Maka, setiap kali seseorang membuka Qur’an, tidak peduli pada masa apapun ia sedang berada, dia akan bisa mendapatkan jawaban yang dia perlukan. Akan dia temukan penjelasan rahasia yang dia butuhkan. Tergantung pada tingkatan di mana dia berada ketika seseorang membuka Qur’an, dia akan menemukan Qadha wal Qadar yang paling sesuai bagi kondisinya, demikian pula semua takdir dan nasibnya.

[]

0 comments On Memahami Takdir — Bawa Muhaiyaddeen

  • Sebagai tambahan, kalau “Allah tidak merubah suatu bangsa “apabila” ia tidak berusaha merubah dirinya sendiri (QS 13:11)” sepertinya Allah seperti “kacung” yang bisa kita suruh2, kalau kita mau kaya, Allah akan memberi kaya… kalau kita mau punya istri/suami yang cakep, Allah harus ngasih… Apa iya begitu Tuhan kita itu? bukankah Alah itu “…Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya” (QS3:40)

  • Hmmm…“Di satu sisi Allah mengatakan bahwa segala sesuatu itu telah ditentukan oleh DIA (QS 57:22)”

    “Disisi lain Allah mengatakan bahwa Allah tidak merubah suatu bangsa “apabila” ia tidak berusaha merubah dirinya sendiri (QS 13:11)”.
    Dua ayat di atas tidaklah bertentangan, karena suatu “kata” tidaklah ada makananya jika tidak dilihat kalimat sebelum dan sesudahnya.. Contoh kata “duduk” apa itu duduk? let say kita definisikan : duduk ialah pantat seseorang diatas sesuatu. Nah kalau orang2 berebut ke”duduk”an atau belanda men”duduk”i negara Indonesia selama 350 th atau sensus pen”duduk” telah selesai dilaksanakan dst.. Apa arti duduk yang pertama bisa dipakai untuk mengartikan kata duduk yang ada di kalimat lainnya? Tentu tidak.
    Oleh karena itu, dari contoh ini kita ambil QS 13:11″Allah tidak merubah suatu bangsa “apabila” ia tidak berusaha merubah dirinya sendiri”, lihat kalimat/ayat sebelum dan sesudahnya, maka ini akan muncul makna bayang2… Jika diambil kalimat sesudahnya “…Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya…”
    Jadi menurut hemat saya kata “hatta” tidak selalu dimaknai dengan “sehingga/apabila”… Bagaimana kalau kita maknai sebagai “sekalipun”.. sehinga arti ayat QS13:11 itu adalah ” Allah tidak merubah suatu bangsa/kaum “sekalipun” ia berusaha merubah dirinya sendiri kalau Allah tidak menghendaki berubah ya tidak berubah… ini akan klop dengan kalimat sesudahnya..”Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya…”.

    Wa Allahu a’lam.

  • assalamu alaikum.. silahkan jalan2 juga ke blog saya..:grin::grin::grin:

  • “Al-Qur’an memang menyebutkan tentang takdir, tapi jika hanya mengutip kata-kata Qur’an sebenarnya tidaklah cukup. Ada orang yang mampu menghafal ke 6.666 ayat, tapi hanya menghafalkan tidak akan memberikan kebaikan apa-apa. Setiap huruf dalam Qur’an memiliki rahasia didalamnya. Kebenaran Tuhan ada di setiap hurufnya, sebagai sebuah rahasia di dalam rahasia, dan kita harus membuka setiap rahasia satu demi satu, maka barulah kita akan mengerti. Tapi merupakan hal yang mustahil untuk memahami isi Qur’an seluruhnya. Sampai kapan pun, bagaimanapun perubahan yang terjadi di dunia ini, Qur’an akan senantiasa ada, demikian pula rahasia-rahasia yang ada di dalamnya. Dan di dalam rahasia itu, masih ada rahasia lagi.”

    Tersentuh hati saya membaca ini. Benar belaka, menghafal Al-quran itu adalah baik, tapi memahami makna dan maksud yang tersurat lagi tersirat itu adalah yang terbaik.

    Wallahualam..

  • Salam buat tuan rumah dan semua,

    Suka membaca tulisan anda dan berterima kasih kerana mahu berkongsi ilmu pada kita. Juga buat saudara adjipamungkas.

    saya terpanggil juga untuk berkongsi pendapat dari sudut penglihatan saya mengenai Takdir Allah. Topic ini memang amat saya gemar untuk membaca dan berkongsi bersama. Meskipun begitu, apa yang saya tahu tidak lah sehebat mana bila dibandingkan saudara2 dan teman2 disini.

    Dari pengamatan saya yang bodoh ini, saudara adjipamungkas ada memberikan sedikit ayat2 Allah dari Al-Quran tentang Qadha dan Qadar. Dari penglihatannya, sepertinya ayat2 itu bercanggah –

    “Di satu sisi Allah mengatakan bahwa segala sesuatu itu telah ditentukan oleh DIA (QS 57:22)”

    “Disisi lain Allah mengatakan bahwa Allah tidak merubah suatu bangsa apabila ia tidak berusaha merubah dirinya sendiri (QS 13:11)”

    Tapi bila kita fikir2kan, mana mungkin ayat Allah itu bercanggah bukan?

    Sebenarnya, yang dinamakan TAKDIR itu ada 2. Satu Takdir Khusus dan lagi satu Takdir Tadbir. Apa itu Takdir Khusus dan Takdir Tadbir?

    Takdir Khusus adalah Takdir yang telah Allah jadikan secara khusus. Contoh; susah, senang, hidup, mati, gembira, duka dan sebagainya. (QS 57:22)

    Takdir Tadbir pula, adalah takdir (yang memang dari ciptaan Allah) yang telah kita pilih untuk mentadbirkan takdir itu.
    Contoh; Jika kita memilih untuk jadi kaya, maka dari usaha kita memilih untuk kearah kekayaan, maka kita akan dapat kekayaan itu. Dan jika kita memilih kearah yang sebaliknya, maka yang sebaliknya lah yang akan kita terima. (QS 13:11)

    Maka ayat yang Allah turunkan pada kita tidak pernah bercanggah. Pengertian kita itu lah yang membuatnya bercanggah. Ampun dan maaf dan tegurlah saya jika saya ada tersalah dalam penulisan saya. Harap dengan sedikit penjelasan ini, dapat kita sama2 menuju kejalan Allah yang diredhai.. AMin.

    Ihklas dariku,
    Indah

  • Izin sy share tulisan terjemahan di halaman ini ya..sy dulu pernah mengunjungi pusat kelompok sufi dari Guru Bawa Muhaiyadeen ini di AS,,, terima kasih

  • dari yang saya baca pada artikel diatas, sepertinya semua takdir ada ditangan manusia..
    apa betul? bukankah manusia juga merasakan takdir yang tidak tahu dia tentang asal muasal takdir tersebut….
    Terimakasih…

  • Mas herry, saya tertarik sekali dengan biografi dari Aulia Alloh ini,

    apakah ada buku biografi/manaqib dari Muhammad Raheem Bawa Muhaiyaddeen

    salam,

  • mhn ijin m-posting tulisannya yaa mas herr…..:roll:

  • Dalam agama Islam, salah satu pondasi keimanan adalah iman adanya
    Qadha dan Qadar. Dalam bahasa yang lain, agama lain pun meyakini ini,
    dengan menyandarkan keyakinan bahwa segala sesuatu ada yang mengatur.

    Dalam bahasa Arab, Qadar berasal dari kata qa-da-ra yang berarti
    takaran. Dalam bahasa Indonesia sering dibahasakan dengan Kadar.
    Taqdir atau takdir berasal dari kata qadar.

    Mehamai persoalan takdir, sebuah hal yang sulit dan rumit. Dalam
    sejarah Islam dikenal adanya polarisasi kelompok ‘jabariyah’ dan
    ‘qadariyah’ yang saling bertolak belakang dalam memahami takdir
    kehidupan ini. Disebut qadariyah karena mereka mengingkari adanya
    takdir dan meletakkan bahwa segala sesuatu itu bergantung dari hasil
    usaha manusia. Sedangkan disebut jabariyah karena ia amat yakin segala
    sesuatu sudah ditentukan oleh Yang Kuasa, sehingga tidak penting
    melakukan usaha.

    Memang kalau kita mencermati al Qur’an, kita akan mendapatkan
    ayat-ayat yang bila dilihat secara sederhana nampak bertolak belakang.
    Di satu sisi Allah mengatakan bahwa segala sesuatu itu telah
    ditentukan oleh DIA (QS 57:22) disisi lain Allah mengatakan bahwa
    Allah tidak merubah suatu bangsa apabila ia tidak berusaha merubah
    dirinya sendiri (QS 13:11) Dalam kalimat yang lain Allah mengatakan
    bahwa musibah itu datang atas izin-Nya (QS 64:11) dan dalam ayat yang
    lainnya dikatakan musibah terjadi adalah atas perbuatan tangan manusia
    sendiri (QS 42:30)

    Kaidah takdir, atau ayat-ayat diatas, akan sulit dimaknai apabila kita
    tidak menyadari bahwa manusia memiliki ‘lahir’ dan ‘bathin’. Aspek
    lahir terikat dengan tata aturan demikian pula dengan aspek bathin.
    Merupakan kewajiban dari aspek bathin, untuk menggantung kepada Yang
    Kuasa yang Mengatu Hidup. Namun merupakan kewajiban yang lahir untuk
    melakukan usaha maksimal, menurut kaidah-kaidah lahiriah yang berlaku.
    Kedua hal itu harus berjalan secara harmonis, bersamaan.

    Kebanyakan orang akan merasakan sulit menjalankan demikian. Apabila
    hatinya ‘menerima dan pasrah’, maka lahiriahnya pun akan menerima dan
    pasrah. Apabila hatinya bergolak dan menolak, demikian pula
    lahiriahnya. Sungguh sebuah hal yang sulit, bahkan sebagian orang
    mengatakan hal yang mustahil, bila sang hati pasrah, tunduk bergantung
    kepada-Nya, namun lahiriahnya berusaha dan bekerja keras sesuai dengan
    aturan-aturan lahiriah.

    Mungkin sulit bagi kita ‘memarahi’ anak kita, namun hati kita
    sesungguhnya ‘ridla’ dengan perilaku sang anak. Yang lebih sering
    terjadi adalah kita memarahi anak kita, karena memang hati kita kesal
    dan marah. Kepada anak saja susah, apalagi untuk urusan yang lebih
    rumit, seperti urusan kantor, bertetangga, sampai urusan politik dan
    kenegaraan?

    Namun ketahuilah, bahwa orang yang selamat adalah orang yang dapat
    melakukan hal itu; hatinya selalu ridla kepada takdir-Nya, namun
    lahirnya selalu berusaha maksimal berdasarkana ketentuan yang ada.
    Apabila ini bisa dilakukan maka akan lahirlah amal-amal shalih, yang
    dalam (QS 103:2-3) dikatakan bahwa hanya orang yang iman dan amal
    shalih lah yang beruntung (selamat, tidak merugi).

    lebih baik nekat kesurga dari pada terencana masuk neraka
    ———————————–

  • menurut saya, sebelum ada ketetapan tentang baik dan tidak baik, ada pilihan dari diri tiap manusia dan jin. pilih baik, maka baiklah yang didapatnya. pilih buruk, buruklah takdirnya… sambil nunggu yg punya blog nyamper :cool::oops:

  • kalau boleh tanya, kan ada takdir mualak dan takdir mubram. bukankah Tuhan yang menentukan orang baik atau tidak? kan ada yg mengatakan org baik jodoh dg org baik sedangkan org tidk baik bertemu dg tidak baik. sejujurnya saya masih bingung dg perkara takdir ini… tolong bantu saya:roll:

Leave a Reply to Indah Cancel Reply

Your email address will not be published.