Menjadi seorang sufi, pejalan spiritual, atau salik (pesuluk) bukanlah terus menerus memaklumi diri, atau meminta pemakluman dari orang lain bahwa diri ini penuh hawa nafsu dan syahwat. Menjadi seorang pejalan, juga memiliki konsekuansi untuk terus menerus memperbaiki diri. Continously.
Sama dengan semua orang yang mencoba menapaki jalan taubat di manapun, pada diri saya pun telah begitu banyak kesalahan yang pernah saya buat. Telah ada begitu banyak penyesalan yang muncul akibat perbuatan syahwat dan hawa nafsu saya, yang ujung-ujungnya kadang membuat saya merutuki diri sendiri. Dan ada saat-saat di mana Allah akan menampakkan keburukan-keburukan kita dengan demikian nyata kepada mata kita sendiri. Mungkin ini menyakitkan, mungkin ini memalukan. Hadapi saja. Telan saja.
Tapi ingat: menghadapi dan menelan penyesalan ini, bukan berarti terus menerus memaklumi diri bahwa diri ini penuh hawa nafsu dan syahwat. Atau juga mengharapkan salik lain terus menerus maklum bahwa ini gara-gara hawa nafsu dan syahwat saya saja. Lebih parah lagi, jika mengharapkan orang lain mengerti kita, sebab mereka yang bukan pejalan suluk sangat mungkin justru lebih pendek lagi toleransi pemaafannya dan pemaklumannya.
Merupakan sebuah kebiasaan yang benar-benar buruk, jika seorang salik terus menerus melakukan kesalahan yang sama, dan terus menerus pula angkat bahu menyalahkan hawa nafsunya sendiri tanpa berbuat apapun tentang itu.
Kalau kita, misalnya, adalah seorang brengsek, kemudian kita menyesal dan merutuki diri sendiri lalu berhenti di situ, maka kita cuma akan menjadi ‘seorang brengsek penyesal dan perutuk diri sendiri’. Ini bahkan lebih buruk dari seorang brengsek yang hanya ‘brengsek’ saja, tanpa embel-embel.
Berubah menjadi seorang brengsek yang menyesal, sama sekali tidak menghilangkan tanggung jawab pribadi kita untuk wajib berusaha keras menghilangkan ke-brengsek-an kita itu.
Menjadi seorang pejalan, adalah juga berarti bersiap untuk melihat keburukan diri kita sendiri. Kita akan dipaksa Allah untuk melihatnya, dengan cara apapun yang Dia kehendaki, untuk melihat borok-borok, darah dan nanah qalb kita sendiri. Kita akan melihat semua keburukannya sehingga merasa bahwa kita yang nampaknya alim dari luar, tapi ternyata qalb kita tak ubahnya seperti qalb seorang brengsek. Tentu ini akan membuat kita sangat malu, menyesal, dan mungkin saja terjatuh ke kebiasaan merutuki diri sendiri, walaupun ini jelas bukan hal yang baik.
Tapi sekali lagi, mungkin kita masih seorang brengsek, dan mungkin pula ketika menyadarinya kita akan masuk ke tahap merutuki diri sendiri. Tapi jangan berhenti hanya sebagai ‘salik brengsek perutuk diri sendiri.’ Jadilah seorang salik, yang sejati, dan berusaha keraslah untuk menghilangkan ke-brengsek-an kita itu.
Menjadi seorang sufi, adalah juga berarti menjadi seorang yang terus menerus memperbaiki diri. Terus menerus. Ini pula yang diterangkan sheikh saya tentang salah satu makna ayat Al-Qur’an yang terkandung dalam surah An-Nuur [24] : 5:
“Kecuali orang-orang yang bertaubat sesudah itu, dan memperbaiki (dirinya), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
[HM]
(HerryMardian, 15:39, 15 Desember 2005)
0 comments On Sufi Brengsek
sufi bemaksud diri yang tunggal ia juga lebiih kurang dgn wahid die ada cume diri die saje xde org lain die tidak pedulik sama org lain kita tidak bnoleh sama sekali menyalah kan perjalan yng lain karena ia nya tetap sama cuma berbeza dari segi perpahaman sedang kan ianya hak tuhan juga jadi jikalau kamu sume kata sufi berensek samalah juga kamu kata perjalanan hidup kamu berengsek maaf yaa kalian andai kata2 saya ter kasar bahasa:oops:
:wink:aku suka block ini,heheheh
Adakah cahaya yg lbh terang dari cahaya siang hari,yg dpt menerangi wujud gelap ini.lihat detailx di:www.facebook.com Profil Ruddy Asnawi, karena aq juga seorang yg ”BRENGSEK HABIS”…..kata manusia pada awamx….hehehehe…PISS
Lho kok malah pada mengaku sebagai “sufi brengsek”.
Ayolah kita berubah dari “sufi brengsek” menjadi “sejati” 😀
saya baru nemu blok ini… good mas..
WE ARE THE “SUFI BRENGSEK” IHIK:cry:
Ini mah jelas jelas atuh ditujukan untuk orang brengsek seperti saya, terimakasih mas Herry,. semoga reminder ini bermanfaat untuk orang seperti saya yang super brengseck…..
jazakumullah….
salam…:grin:
iya setuju ama ovie bingung mo baca artikel yg mana….
Assalamualaikum..
salam kenal..:)
numpang liat2 blog-blognya …bagus banget..sampe saya bingung mau mengomentari yang mana …
btw, ttg ‘sufi brengsek’…mudah-mudahan saya bisa lebih banyak bertaubat & banyak bercermin diri lagi:smile:…amien..