Dari Al-Mauqif wal Mukhatabah, Imam An-Niffari,
(dikutip dari sebuah catatan dari Zamzam Ahmad Jamaluddin).
Allah swt berseru kepada hamba-Nya:
Wahai hamba! Engkau tidak memiliki sesuatu pun, kecuali apa-apa yang telah Aku kehendaki untuk menjadi milikmu. Tidak juga engkau memiliki dirimu sendiri, karena Akulah Penciptanya! Tidak pula engkau sekedar memiliki jasadmu, karena Aku Sang Pembentuknya! Hanya dengan Pertolongan-Ku engkau dapat berdiri, dan dengan Kalimat-Ku engkau hadir di dunia ini.
Wahai hamba, katakanlah “Tiada Tuhan melainkan Allah!”, kemudian tegaklah berdiri di jalan yang benar, maka tiada Tuhan melainkan Aku! Dan tiada pula wujud yang sebenarnya wujud, kecuali untuk-Ku! Segala sesuatu yang selain Aku adalah dari buatan Tangan-Ku dan dari tiupan Ruh-Ku.
Wahai hamba! Segala sesuatu adalah kepunyaan-Ku, bagi-Ku, dan untuk-Ku! Jangan sekali-kali engkau merebut apa yang menjadi kepunyaan-Ku!
Kembalikan segala sesuatu kepada-Ku, niscaya akan Kubuahkan pengembalianmu dengan Tangan-Ku, dan Kutambahkan padanya dengan Kepemurahan-Ku. Serahkan segala sesuatu kepada-Ku, niscaya Kuselamatkan engkau dari segala sesuatu!
Ketahuilah, bahwa hamba-Ku yang terpercaya adalah yang mengembalikan segala sesuatu selain-Ku kepada-Ku! Tengoklah dengan pandangan tajam kepada-Ku, bagaimana cara-Ku melakukan pembagian, niscaya engkau akan melihat pemberian dan penolakan merupakan dua bentuk yang dinamakan, agar dengan demikian engkau dapat mengenal-Ku!
Hai hamba! Sesungguhnya engkau telah melihat Aku sebelum dunia ini terhampar, dan engkau mengenal siapa yang engkau lihat. Dan hanya kepada-Ku lah engkau akan kembali!
Kemudian Aku ciptakan segala sesuatu untukmu, dan Aku labuhkan tirai hijab atasmu, lalu engkau pun terhijab dengan tirai wujudmu sendiri, kemudian Aku menghijab engkau dengan diri-diri yang lain, yang mana diri-diri yang lain itu menyeru kepadamu dan kepada dirinya sendiri, dan kesemuanya itu menjadi hijab terhadap Aku!
Setelah semua hal itu, Aku pun akan kembali Dzahir, dari balik semua itu Aku akan memperkenalkan Diri-Ku. Aku katakan kepadamu, bahwa Aku-lah Sang Khaaliq, Aku-lah yang menciptakan segala sesuatu, dan bahwasanya Aku telah menjadikan engkau sebagai khalifah atas kesemuanya itu. Dan ketahuilah, bahwa semua hal itu hanyalah amanah atasmu, dan diwajibkan atas setiap pengemban amanah untuk mengembalikannya!
Maka telitilah dirimu, setelah engkau mempercayai-Ku, sudahkah engkau mengembalikan segala sesuatu itu kepada-Ku? Sudahkah engkau memenuhi perjanjian yang telah engkau buat dengan-Ku?
Hai hamba! Aku ciptakan segala sesuatu itu untukmu, maka bagaimana Aku akan rela kalau engkau peruntukkan dirimu bagi sesuatu itu! Sesungguhnya Aku melarang engkau untuk menggantungkan dirimu kepada sesuatu itu, karena Aku Maha Pencemburu padamu!
Hai hamba! Aku tidak rela engkau peruntukkan dirimu bagi sesuatu, walau harapanmu akan sorga sekalipun, karena Aku ciptakan engkau hanya untuk-Ku, di sisi yang tiada sisi, dan di mana yang tiada mana!
Aku ciptakan engkau atas pola Citra-Ku, seorang diri, tunggal, mendengar, melihat, berkemauan serta berbicara. Dan Aku jadikan engkau berkemampuan untuk mentajalikan Nama-nama-Ku, dan tempat untuk Pemeliharaan-Ku.
Engakau adalah sasaran Pandang-Ku! Tiada dinding penghalang yang memisahkan antara Aku dan engkau! Engkau adalah kawan duduk semajelis dengan-Ku, maka tiada pembatas antara Aku dan engkau
Hai hamba! Tiada diantara Aku dan engkau, antara. Aku lebih dekat kepadamu dari dirimu sendiri, Aku lebih dekat kepadamu dari ucapan lisanmu, maka pandanglah kepada-Ku, karena Aku senang memandang kepadamu.
[]
22 comments On Tentang Tauhid: Imam An-Nifari
aku lah yg awal aku lah yg akhir
aku lah yg zahir aku lah yg batin.
g mana bisa ada kamu…
mohon kebenaran utk dishare di facebook dan di dinding..
Manusia adalah mahkluk
Syurga pun mahkluk
Manusia dicipta
syurga pun dicipta
Yang dicipta berkhendakkan kepada yang dicipta…..?
Tentulah yang dicipta berhendakkan kepada PENCIPTA.
Save your Soul……
Merinding……seger…..nikmat……
mohon ijin share ke facebook 🙂 dan di hati…terimakasi 😥
ALHAMDULILLAH Terimakasih sdr Herry.:idea:
mohon izin untuk dishare di fesbuk, jazakumullah
Salam kenal
Mohon izin tuk ditempel di dinding kamarku…
Makasih
Syahadat tentang Allah SWT
Ajaran yang paling mendasar dalam Agama Islam ialah : Adanya pengucapan atas suatu pengakuan atau persaksian (bersyahadat), barulah seseorang itu diakui beragama Islam dan sebagai pengikut Nabi Muhammad Saw. Ketika seseorang telah berikrar dalam satu pengakuan atau persaksian yang diucapkannya dengan sadar, mengerti dan memahami yaitu Asyhadu an Laa Ilaha Illallah wa Asyhadu anna Muhammadurrasullullah. Inilah sebagai pintu gerbang keber-Islaman seseorang yang baru dimasukinya Jika keliru dalam memasuki pintu ini maka yang terjadi adalah “ Terkesan jasadnya saja yang memasuki pintu itu namun pikiran dan hatinya masih diluar gerbang atau terkesan jasadnya saja yang Islam namun hati dan pikirannya masih ragu – ragu atau kafir (ingkar).
Orang² yang demikian ini hanya mengutamakan pembangunan² fisik atau kesalehan jasad saja serta simbol² untuk menampilkan keberIslaman mereka namun pikiran dan hatinya penuh perseteruan yaitu keragu²an dan keingkaran pada Allah dan RasulNya serta keserakahan dan kedengkian antar sesama. Dengan demikian dapat dipahami nenek moyang atau orangtua yang beragama Islam tidak lantas anaknya otomatis beragama Islam, sampai anak tersebut juga bersyahadat dengan ucapan yang sama, untuk itulah makanya ucapan syahadat ini diperintahkan supaya diucapkan ketika anak baru lahir, sebagai lafaz dzikir atau menjelang sakratul maut juga diulang² dalam setiap azan, shalat, dll. agar dipahami dan meresap kedalam hati seperti air, meresap ketanah yang keras lagi tandus dan menyuburkannya
Bersaksi atau menjadi saksi dengan satu ucapan yang tidak dimengerti artinya atau dipahami maksudnya adalah suatu hal yang keliru karena orang yang diangkat sebagai saksi dipengadilan saja harus mengetahui atau menyaksikan permasalahan kesaksiannya minimal dia mengerti permasalahan bukan hanya sekedar mengucap² saja, seseorang yang benar² menyaksikanlah yang dapat diambil persaksiannya dan dapat memberikan bukti² atau dalil² dari ucapan persaksiannya.
Umpama : Jika seseorang menjadi saksi lalu mengucapkan Asyhadu an Laa Ilaha Illallah yang bermakna “ Aku bersaksi “bahwasanya Tidak ada tuhan selain Allah. maka seseorang tadi harus bisa membuktikan atau menampilkan dalil² bahwa tidak ada yang berhak disebut tuhan selain dari Allah, namun dia juga harus terlebih dahulu mengerti, memahami serta bisa menjabarkan siapa orang yang pertama kali mencetuskan kata tuhan itu dan apa arti atau maksud dari kata itu, sebelum menambahnya dalam daftar Asma –asma Allah dalam Asma ul Husna.
Misalnya menyelediki apakah tuhan itu sebuah nama dari satu benda, seseorang atau sesembahan yang selain dari Allah yang sudah ada sebelum Islam itu hadir di Indonesia atau sebuah kata yang diciptakan penjajah dengan tujuan pengembangan suatu agama tertentu, sebuah kata yang dijadikan gelar pada seorang manusia sehingga menjadi hilang kemanusiaannya sehingga orang rela untuk menyembah dan memujinya dan meminta pertolongan padanya, yang mana boleh jadi tanpa suatu ” kata/nama ” yang diciptakan atau direkayasa sesuai dengan bahasa daerah yang menjadi target ! lalu disosialisasikan, maka agama tersebut tidak bisa berkembang atau kemudian kehilangan akidah atau doktrinnya, misalnya dalam agama Kristen mereka memberi gelar tuhan kepada Yesus, yang sebelumnya bergelar Mesiah, Al masih seorang anak manusia yang dilahirkan dari rahim seorang wanita. Jika tidak ada kata tuhan atau god maka otomatis Yesus akan turun jadi manusia kembali sebagaimana manusia normal lainnya dan bergelar Nabi /Rasul utusan dari Pencipta alam semesta ini, jadi keberadaan kata tuhan dan god inilah yang menyokong Yesus sehingga banyak manusia yang menaruh harapan dan menyembahnya, sementara umat kristen sendiri tidak tau asal usul dan makna sebenarnya dari kata tuhan dan god itu kecuali sebuah kata causa prima padahal kata apa saja bisa dikategorikan causa prima dan disakralkan apabila banyak orang yang mendukungnya apalagi dengan pemaksaan dan kekerasan. sebagaimana yang terjadi ketika paulus mengangkat yesus menjadi god pada saat itu pengikut yesus yang tidak mengakui yesus itu adalah god maka mereka dibantai dan yang tau makna god yang sebenarnya itu hanyalah paulus dan kawan-kawannya dan bagi yang lain dianggap sebuah kata causa prima, kemudian kata tuhan tersebut diwarisi turun temurun, lalu diambil, diangkat dan disosialisasikan untuk pencapaian dari suatu tujuan politik untuk persatuan dan kebersamaan, dll.
Jadi jelas kata tuhan atau god itu adalah julukan yang direkayasa manusia sebagai gelar kepada Yesus untuk mengkamuflase jati diri yesus yang sebenarnya dan kata tersebut bersifat lokal dan tidak universal dan setiap agama yang ada di Indonesia atau dunia sebenarnya telah memiliki nama-nama atau gelar terhadap apa yang mereka sembah dan puja yang sebelumnya sudah ada didalam ajaran kitab suci mereka yang harus mereka sucikan dan besarkan, dengan menyisipkan atau memaksakan sesuatu nama atau gelar yang baru justru akan mengacaukan akidah-akidah mereka yang justru menimbulkan kemunafikan- kemunafikan yang melampaui batas..
Dengan demikian umat Islam juga harus bisa mengerti bahwa mereka diperintahkan untuk mengikuti Sunnah Nabi Muhammad Saw dengan mensucikan dan membesarkan Nama dan Asma-asma Allah bukan mengikuti sunnah Paulus orang yahudi atau Orang tak dikenal (OTK), seseorang yang bersaksi harus terlebih dahulu memahami ucapan yang dipersaksikannya dan tujuannya karena bisa jadi dia mengigau atau saksi palsu / dusta / keliru apalagi menujukan kata tuhan atau god itu pada Allah .
Sesungguhnya Asma-asma yang diajarkan Allah itu memiliki makna dan tujuan yang fitrah sesuai dengan keadaan dan akal manusia sebagai penghubung antara Pencipta dan ciptaan-NYA, sehingga manusia bisa mengenal siapa dirinya dan apa kewajibannya dan siapa Penciptanya tanpa perlu penjelasan yang panjang lebar dan berliku-liku, misalnya Allah menjuluki diri-Nya dengan Rabb, makna Rabb adalah Tuan/Pemilik ini dapat menjelaskan bahwa kita adalah hamba atau milik-Nya dan semua yang kita kuasai selama ini adalah mutlak milik-Nya , sehingga sebagai hamba kita mengerti bagaimana seharusnya mengabdi dan bersikap terhadap Tuan atau Pemilik kita dan menjaga apa-apa yang telah dititipkan-Nya dan apa ganjaran yang akan kita peroleh jika kita patuh dan setia padaNya dan resiko apa yang akan kita terima jika kita melalaikan atau mengingkari perintah dan larangan-Nya atau jika kita menghianati-Nya dengan menghamba atau memuja atau menyebut selain dari-Nya dan kita juga bisa memahami bagaimana keadaan dan kedudukan hamba-hamba yang berbakti dengan tulus ikhlas padaNya, demikian juga dengan Malik = Raja dengan memahami ini maka kita dapat mengerti sebagai rakyat-Nya apa resiko yang akan kita hadapi jika kita meremehkan dan mengingkari aturan-aturan-Nya, dan Illaha = Penguasa/Yang Kuasa ini juga mengisyaratkan bahwa kita dan seluruh alam semesta ini berada didalam kekuasaan-Nya dan tidak ada seorangpun manusia yang bisa lari dari-Nya, setiap manusia pasti mati dan kembali kepada-Nya lalu akan ditanyakan apa-apa yang sudah mereka kerjakan dan akan diperlihatkan bekas-bekas atau akibat dari hasil-hasil kerja mereka selama hidup didunia ini dengan memahami ini akan membuat kita lebih waspada agar kita tidak menghianati – Nya dan merasa tentram didalam genggaman (Kekuasaan)-Nya,
Dengan memahami makna dari beberapa Asma-asma Allah diatas, secara otomatis akan memudahkan untuk memahami maksud dari ayat-ayat juga perumpamaan-perumpamaan yang disampaikan Allah didalam Al-Qur’an tanpa ada rasa was-was atau hijab. karena kata tuhan atau god yang dinisbatkan kepada Allah sebenarnya adalah hijab – hijab yang memutuskan pengertian hubungan erat antara kita dengan Allah, kata-kata yang tidak bermakna yang memerlukan penjelasan yang panjang lebar dan diada-adakan.
Perlu dipahami secara bijak dan diwaspadai bahwa ajaran agama itu diturunkan atau diajarkan dengan kata-kata dan dengan kata-kata itu pulalah Iblis dan pengikutnya selama ini menyesatkan manusia dengan cara menghilangkan,menyembunyikan, merubah ataupun mengaburkan sehingga kehilangan makna yang akhirnya kehilangan arah dan tujuan (surah An-naas).
Perlu dimaklumi bahwasanya Allah memiliki Asma ul Husna sendiri yang berasal dari Dia dan hanya pantas ditujukan untuk diriNya saja yang bersifat agung, permanen dan abadi.
Qs;Yusuf 40 (Kamu tidak mengabdi yang selain Allah, kecuali hanya nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menghamba selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui ).
Qs; Az Zumar 45 (Dan apabila hanya nama Allah saja yang disebut, kesallah hati orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat; dan apabila nama selain Allah yang disebut, tiba-tiba mereka bergirang hati).
Qs;Al A’raaf 180 ” Untuk Allah asmaulhusna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaaulhusna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang/meyelewengkan nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.
Nah, pikirkanlah ! sementara Allah sendiripun tidak pernah menurunkan keterangan tentang itu dan Nabi pun tidak pernah menyuruhnya, Siapa yang akan menjadi penanggung jawabnya ? kenapa untuk yang ini, kita tidak mengikuti apa yang dikehendaki Allah dan sunnah Nabi Muhammad Saw dengan menyebut Allah dengan Allah, Rabb, Malik, Illahi , (Asma Ul husna). Bukankah dengan demikian lebih nyata keberIslaman kita dan pasti lurus jalan kita, lagi pula Nabi sendiri kan yang menjadi penanggung jawabnya, apakah kita tidak percaya padanya ?
Perlu dipahami baik² bahwa Allah adalah Nama Zat yang tidak dapat/boleh diterjemahkan kedalam bahasa-bahasa lain. kecuali sifat-sifatNya guna memudahkan pemahaman dan Allah hanya memberikan Asma²Nya saja pada kita dan tidak ada satupun kita yang bisa melihat atau membayangkan ZatNya atau wujudNya, maka untuk ini kita harus berhati² dengan Asma² yang ditujukan pada Allah karena bisa jadi musryik karena yang dimaksud dengan syirik kepada Allah itu diantaranya adalah mempersekutukan Zat, Nama², maupun Sifat² Allah, karena bagi Allah semua itu bersifat agung, permanen dan abadi, lagipula sarana yang paling efektif bagi iblis dan pengikutnya untuk menyesatkan manusia adalah dengan melalaikan asma-asma yang datang dari Allah dengan asma-asma baru yang dipopulerkan meski tanpa makna dan maksud yang jelas atau ” kata ” yang disakralkan dan dikultuskan dan tak jarang disosialisasikan dan dipertahankan dengan kekerasan dan intimidasi sehingga banyak manusia yang menyampaikan permohonan dan rasa syukur pada nama-nama yang mereka buat-buat sendiri yang mana akhirnya tidak mencapai sasaran, Atau apakah kita boleh memberi nama² atau gelar² baru kepada Allah menurut semau kita atau hanya berdasarkan kesepakatan sekelompok orang atau dari nenek moyang kita ? (QS: Al Maa’idah 104 ; Apabila dikatakan kepada mereka: “Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul”. Mereka menjawab: “Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati dari bapak-bapak kami”. Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?
Dalam ajaran agama selain dari Islam, Nama sembahan mereka boleh berubah-ubah sesuai dengan bahasa daerah dimana agama tersebut akan dikembangkan juga bisa ditambah atau dikurangkan sesuai dengan keinginan manusia , dan ironisnya tak jarang manusia yang menyampaikan ajaran tersebut juga jadi sasaran penyembahan atau minta disembah. dan hal yang demikian ini tidak berlaku pada agama Islam, Perlu diketahui dalam ajaran agama Islam tidak dikenal dengan istilah toleransi dalam beragama (Akidah dan Ibadah ) lebih baik kita berbeda dalam satu kepastian dari pada bersatu dan bersama dalam suatu kesesatan, namun demikian ajaran agama Islam sangat-sangat menjujung tinggi toleransi kemanusiaan dan saling tolong menolong antar sesama manusia serta bisa memahami dan menghargai makna perbedaan guna saling mengenal dan berkomunikasi.
Demikian juga jika ada seseorang yang bersaksi “Asyhadu an Laa Ilaha Illallah” Yang bermakna “Aku bersaksi Tidak ada Penguasa (Yang Kuasa) kecuali Allah. Maka dia juga harus bisa membuktikan bahwasanya selain yang bernama Allah tidak ada yang berkuasa di alam semesta ini dan dia juga harus bisa menampilkan dalil² dan bukti² serta bertanya kepada setiap orang “Apakah nama² yang disembah dan dipuja-puji orang dan dianggap berkuasa menolong mereka selama ini sehingga mereka rela mengabdi (menghamba) padanya, selain dari yang bernama Allah itu memiliki kekuasaan dialam semesta ini ? misalnya berkuasa untuk hidup terus menerus tanpa mengantuk dan tidur serta tidak pernah mati, atau berkuasa menjadikan serta menumbuhkan bibit² yang ditanam manusia untuk makanan selama ini atau menurunkan hujan, atau berkuasa menciptakan bumi, bulan, matahari atau apa saja yang ada dialam semesta ini guna kepentingan manusia serta memeliharanya atau memberi kehidupan dan rezeki kepada seluruh makhluk yang ada dialam semesta ini ? atau mampu menciptakan manusia dengan segala keunikan dan keingkarannya, dan mana buktinya ?
Dan setiap orang juga diberi kesempatan untuk mencari dan meneliti di kitab suci masing², perlu dimengerti setiap ajaran dari kitab suci yang ada dimuka bumi berasal dari 3 sumber :
1. Berasal dari hasil pemikiran dan pengkajian manusia.
2. Berasal dari Petunjuk dari Pencipta Alam semesta ini.
3. Berasal dari Perkataan/Ajaran langsung dari Pencipta Alam semesta ini.
Jika kitab suci tersebut ajarannya berasal langsung dari Pencipta alam semesta ini dapat dibuktikan dari pernyataan yang tertulis didalam kitab suci tersebut, seperti penjelasan tentang, bagaimana Dia menciptakan alam semesta ini, seperti langit, bumi dan lain-lain dan apa tujuannya, bagaimana Dia menciptakan manusia dan berasal dari apa mahkluk yang ada dialam semesta ini, bagaimana Dia mengatur alam semesta dan memenuhi kebutuhan mahkluk yang telah diciptakan-Nya, dan bagaimana akhir dari perjalanan alam semesta dan segala isinya ini dan semua penjelasan ini harus dapat dibuktikan dan diterima secara akal/rasio manusia karena kitab suci itu diadakan adalah untuk memberi penerangan kepada manusia yang berakal. dan jika kitab suci tersebut bukan berasal langsung dari pencipta Alam semesta ini atau hasil dari pemikiran manusia sudah pasti dia tidak bisa mengungkapkan tentang rahasia penciptaan alam semesta ini dan tujuannya kecuali hanya hal-hal tentang perbuatan baik atau buruk dan bagaimana cara menyembah, bersyukur dan mengabdi kepada Pencipta alam semesta ini. dengan memahami ini jika selain dari yang bernama Allah itu ternyata tidak ada yang berkuasa berbuat demikian, maka jelaslah dapat dipahami mengapa dia mengucapkan “Tidak ada Penguasa (Yang Kuasa) kecuali Allah” maka secara otomatis dia akan berikrar dengan mengucapkan “Iyyaaka na`budu wa Iyyaa ka nasta`in Ihdinash shiraathal mustaqiim, yang maknanya : Hanya kepadaMu kami mengabdi (menghamba) dan hanya kepadaMu kami memohon pertolongan. Tunjukilah kami kejalan yang lurus karena hanya Allah yang berkuasa memberi pertolongan dan petunjuk juga menyiksa dan menyesatkan siapa saja yang dikehendakiNya tanpa ada yang mampu mencegah sedangkan manusia hanyalah sekedar menyampaikan saja sesuai dengan kemampuannya. bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk sebelumnya mereka memiliki komitmen ” Kami berasal dari Allah dan dilahirkan kedunia untuk mengabdi kepada Allah lalu kembali kepada Allah ”
Syahadat tentang Muhammad SAW
Nabi Muhammad Saw adalah salah seorang manusia dari bangsa Arab yang diangkat dan diutus oleh Pencipta dan Pemilik alam semesta ini yang ditugaskan untuk menyampaikan pesan² serta memberi peringatan dan kabar gembira dari Pemilik (Tuan/Majikan) alam semesta dan segala isinya untuk disampaikan kepada seluruh manusia yang telah diciptakanNya, ( Qs; Adz Dzaariya 56 Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk mengabdi/menghamba padaKu)
Yang mana dalam mengemban tugas ini beliau harus menghadapi berbagai cobaan dari orang² yang lupa diri, yaitu orang-orang yang telah lupa pada Penciptanya yang telah menciptakan jiwa dan raga setiap manusia dari tidak ada menjadi ada dan yang telah memberi berbagai kenikmatan kepada manusia, agar mereka ingat dan bersyukur juga kepada manusia yang serakah dan pendengki. dan beliaupun rela mengorbankan berbagai fasilitas yang dipinjamkan Pencipta alam semesta ini kepadanya bahkan jiwa dan raganya demi kepentingan tugas yang diembannya, untuk kepentingan dirinya dan manusia lainnya.
Suatu pengorbanan yang sangat berarti dan bermanfaat bagi orang yang sadar dan sesuatu yang menjengkelkan bagi orang yang tidak tau diri dan dungu.
“ Bacalah, dengan nama Rabb-mu Yang Menciptakan !, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabb-mu lah Yang Paling Pengasih, ( Qs:Al ‘Alaq ;1-3 ).
Inilah ayat yang pertama yang disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw melalui Malaikat Jibril As sebagai perintah yang memotivasinya untuk mencari dan mengenal siapa nama Rabb – nya (Tuan-nya/ Pemilik-nya ) yang mampu menciptakan dan yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah, juga Rabb yang paling Pengasih. Makna Rabb itu sendiri adalah sebutan atau gelar terhadap para bangsawan atau tuan (pemilik budak²) pada saat itu. ( Ref. kata ” rabb “ >> Qs; Yusuf, 41-42 ) atau Lord dalam bahasa Inggris.
Sehingga ketika wahyu pertama ini disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw, maka mulailah ia meneliti dan mencari diantara para Rabb yang ada saat itu yang mampu menciptakan manusia , dan yang paling Pengasih namun beliau tidak menemukan satupun dari para rabb yang ada pada saat itu yang mampu berbuat demikian, hingga akhirnya beliaupun mengetahui dan mengenal bahwa Rabb-nya bernama Allah, karena hanya Allah Pencipta dan Pemilik mutlak alam semesta dan segala isinya ini, maka tercetuslah kalimat “ Dengan nama Allah yang Pengasih lagi penyayang “ Rabb yang telah menciptakan alam semesta dan segala isinya ini juga menciptakan manusia dari saripati tanah menjadi segumpal darah hingga berwujud manusia. Rabb yang telah menciptakan segala fasilitas untuk kepentingan dan kebutuhan manusia dan diajarkanlah padanya untuk mewajibkan setiap pengikutnya untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Asyhadu an Laa Ilaha Illallah wa Asyhadu anna Muhammadurrasullullah yang artinya ” Tidak ada Yang Kuasa kecuali Allah ( Yang berkuasa mutlak atas seluruh ciptaanNya) dan Muhammad adalah utusan Allah ”(Yang menyampaikan kebenaran dari Pencipta dan Pemilik alam semesta ini)
Kalimat yang pertama untuk menegaskan Keberadaan, Kekuasaan dan Nama dari Pencipta alam semesta ini, sehingga setiap pengikutnya memiliki pedoman untuk mengabdi dan memohon pertolongan kepada Penciptanya secara langsung tanpa memerlukan perantara dengan satu komitmen “ Kami berasal dari Allah dan dihadirkan kedunia ini untuk mengabdi kepada Allah lalu kami akan pulang kembali kepada Allah “ inilah Jalan yang lurus “ Shirattal Mustaqiim ” Allah hanya memberikan NamaNya saja pada kita sebagai alamat untuk bertemu denganNya kelak, maka umat Islam harus melazimkan Nama Allah itu di mulut, pikiran dan dihati mereka , bukan lain dimulut lain pula dihati dan perlu dipahami dan dimengerti penyebutan kata tuhan oleh empat atau lima penganut agama, kelihatannya saja mereka bersatu dimulut tetapi sesungguhnya mereka pecah dihati dan saling tidak mau tunduk dan beriman satu sama lain, dan mereka mengakui hal ini. itulah cermin dari ajaran kemunafikan. kalimat yang kedua menegaskan posisinya bahwa dia hanyalah seorang Rasul, Utusan “Penyampai pesan” dan seorang hamba dari Pencipta alam semesta ini, kedua kalimat Syahadat ini adalah sebuah proteksi terhadap pengikutnya agar umat Islam tidak tersesat dan kehilangan arah dan tujuan sebagaimana yang terjadi pada umat-umat agama sebelumnya, mereka sekarang telah kehilangan indentitas yang benar dari Pencipta Alam semesta ini, mereka juga tidak memiliki sebuah nama yang satu dari Pencipta Alam semesta ini dan disepakati oleh seluruh pengikut agama-agama tersebut, yang mana akhirnya mereka menyebut dan meminta pertolongan dan menyembah pada nama – nama bahkan benda-benda apa saja yang ditawarkan oleh tokoh-tokoh yang mereka ikuti, sebagai doktrin agama dalam upaya pemasungan akal.
Juga Dua kalimat Syahadat ini juga berfungsi sebagai proteksi kepada pengikut Nabi Muhammad Saw sehingga tidak ada alasan atau peluang untuk mengangkat derajatnya lebih tinggi dari seorang Rasul, . seperti anak, perantara, sekutu dan lain sebagainya, sebagaimana predikat yang pernah disandangkan orang-orang terdahulu pada utusan-utusan sebelumnya yang mana akhirnya mereka menyembah dan meminta pertolongan kepada utusan-utusan tersebut , inilah salah satu penyesatan yang begitu nyata dan berbahaya tentang akidah dan inilah juga sebagai bukti bahwa ajaran Islam bukanlah ajaran dari hasil pikiran manusia, bagaimana Pencipta itu memproteksi Kitab suci, Diri-Nya juga Nabi-Nya dari ketercemaran sebagai mana yang terjadi pada agama sebelumnya dalam mempersiapkan Islam sebagai agama terakhir untuk manusia-manusia akhir jaman.
Manusia yang sudah dicerahkan akalnya pasti hanya mau untuk mengabdi dan bersujud hanya kepada Pencipta akalnya bukan pada akal-akalan orang lain atau sesuatu yang tidak berakal.
salam.
mohon izin untuk copy paste.
tq
salam.
indah n menusuk jiwa.
Terimakasih, sangat mengingatkan kembali akan diri ini.
huuuuh!
masi mau lagi ni mas..
teruskan menulis ya
semoga dpt menjadi peringatan ketauhidan kita:roll:
Terima kaseh Mas Herry.Pls hubungi saya. Al fakif
Makasih banyak atas peringatan ke Allah, Her. Jazakallah….
Terima kasih banyak, semuanya… Selamat berpuasa ya.
Amat sangat menyentuh mas, ternyata amat sangat Pemurah Dia Ta’ala…
Awal addiin adalah Ma’rifatullah.
tapi cara untuk berma’rifat (dalam sisi lahiriah) gmn y mas?:?:
Haturnuhn mas herry.
Wilujeung shaum:smile:
saya gemar membaca tulisan & entries yang ditulis oleh anda. 🙂 banyak mendorong saya memahami-Nya
Makasih pencerahannya ..
Lama kutunggu postingnya mas….
Sebuah kalimah yang sangat indah dan menyentuh sanubari, Sebuah kalimah yang menyadarkan diri pribadi untuk lebih mendengarkan pada diri sejati Sang Guru Sejati. Semoga bagi para pembaca yang lain dapat menggugah isi hati bahwa sesungguhnya Allahu ma’ana yang akan selalu menunjukkan pada kita jalan yang lurus dan agar selalu menjadikan kita termasuk golongan orang2 yang tidak merugi dan bersukur serta ikhlas.Amin.
Selamat menunaikan ibadah puasa.
🙂