Oleh Zaenal M, Yayasan Paramartha.
Allah memberikan payung perahmatan Islam ini bukan hanya kepada umat Islam, tapi kepada seluruh manusia, bahkan seluruh alam semesta.
SUATU hari di tahun 638M, Uskup dari Makam Suci Kristus mengumumkan bahwa seorang pemimpin besar Islam, ‘Umar bin Khattab, akan datang untuk menandatangani perjanjian damai dan jaminan perlindungan khalifah bagi kota suci mereka, Yerusalem. Maka seluruh penduduk Yerusalem pun tumpah ruah di gerbang kota. Tua dan muda, laki-laki dan perempuan tampak bersiap menanti arak-arakan kunjungan kenegaraan yang akan tiba, untuk melihat, menyambut dan mengucapkan selamat datang kepada khalifah yang terkenal karena keadilannya itu.
Namun arak-arakan yang diharapkan itu tidak ada. Di cakrawala mereka hanya melihat dua orang yang sederhana bersama seekor unta yang kelelahan. Salah seorang dari mereka duduk di atas punggung unta, dan yang lainnya berjalan kaki sambil menuntun untanya.
Mengira bahwa khalifah pastilah yang duduk di punggung unta, segera seluruh penduduk kota berlarian menyongsong dan menyalami sang penunggang unta untuk menyambutnya, tapi… nanti dulu.
“Aku bukanlah Khalifah Islam yang kalian nantikan. Aku hanyalah pengawalnya,” penunggang unta itu mencoba menjelaskan. Dalam melewati perjalanan jauh dari Damaskus ke Jerusalem, ‘Umar menghargai pengawalnya dengan bergantian menaiki unta mereka. Pada saat menjelang tiba di gerbang kota, merupakan giliran ‘Umar a.s. lah yang berjalan menuntun unta. Semua orang takjub dengan pribadi sang pemimpin besar Islam itu.
Saat tiba waktu shalat, sang Uskup mengajak ‘Umar ke sebuah gedung yang indah dan mempersilahkan ‘Umar shalat di sana. Menyadari bahwa gedung itu tempat suci orang Kristen, ‘Umar memilih shalat di depan pintu gereja. Mengapa? Haramkah shalat di sana?
“Jika saya shalat di tempat suci kalian,” demikian kata ‘Umar kepada sang Uskup setelah selesai shalat, “para pengikut saya yang tidak mengerti dan orang-orang yang datang ke sini di masa yang akan datang akan mengambil alih bangunan ini kemudian mengubahnya menjadi masjid, hanya karena saya pernah shalat di dalamnya. Mereka akan menghancurkan tempat ibadah kalian. Untuk menghindari kesulitan ini dan supaya gereja kalian tetap sebagaimana adanya, maka saya shalat di luar.”
Jerusalem adalah kota suci agama-agama besar. Tanahnya telah dibasahi dan disuburkan oleh ribuan darah manusia —sejak abad ke 20 SM hingga sekarang, abad ke-20 M— yang berperang atas nama agama dan berpindah tangan berkali-kali. Namun dengan kuasa cinta, mereka dengan suka cita masuk kekuasaan Islam ditangan seorang ‘Umar, pengawalnya dan seekor unta, sebagaimana Ibrahim a.s diterima Melchizedek, Raja Salem (Jerusalem) pada tahun 1900 SM.
Memuji Allah sambil menghancurkan orang lain bukanlah jihad. Mengapa Dia mengirimkan para Nabi dan Rasul jika Dia bertindak seperti itu? Rasulullah Muhammad saw sendiri diutus bukannya untuk memusnahkan manusia; dia diutus dengan kebijaksanaan yang dapat menunjukkan kepada manusia bagaimana ia mengalahkan kejahatannya sendiri. Dan jika umatnya telah mampu mengikis habis sifat-sifat jahat dalam dirinya, maka tidak akan ada lagi permusuhan dan perbedaan di antara manusia: semuanya sama, anak cucu Adam a.s, makhluk Tuhan.
Matahari tidak pernah memilih kepada siapa dia curahkan sinarnya, bulan tidak pernah memilih kepada siapa dia usapkan kelembutannya, mengapa kita harus memilih memberikan kasih sayang kepada sesama? Jika kita menerima dan memahami Islam, maka kita tidak akan menganggap siapapun sebagai musuh. Setiap orang yang mengaku adanya Tuhan adalah saudara juga, ahlul-kitab, demikian ditegaskan Al-Qur’an, tidak peduli nabi, kitab, mazhab atau golongan mana yang dia anut dan ikuti. Kita tidak akan lagi melihat perbedaan apapun dan membuat pertentangan, apalagi melakukan ‘takfirisme’ (mengkafirkan orang lain) kepada sesama muslim.
Allah memberikan payung perahmatan Islam ini bukan hanya kepada umat Islam, tapi kepada manusia bahkan seluruh alam semesta. Islam bukanlah agama untuk pertentangan, peperangan dan kehancuran, jika ada yang demikian tentulah bukan ajaran Islam. Islam adalah rahmatan lil-’âlamîn. Ajarannya bukanlah untuk mementingkan (ego) diri sendiri, golongan sendiri, agama atau manusia, tapi bukan pula untuk tidak memiliki kepentingan. Ajarannya adalah untuk mencurahkan kasih sayang, keselamatan dan kedamaian kepada seisi alam semesta. Untuk merahmati alam semesta.
Islam hanya memandang yang Satu; satu keadilan, keimanan, kebijakan dan kebenaran untuk apa dan siapa saja. Itulah yang dikatakan Uskup kepada ‘Umar saat memberikan kunci Kota Suci Jerusalem. Namun dia kemudian bertanya, “Tetapi berapa lamakah kunci itu akan tetap di tanganmu? Kapankah tempat suci ini akan kembali kepada kami?”.
Jawab ‘Umar, “Hari ini, tempat ini memang telah beralih kepada kami. Dengan empat sifat; keimanan, kebijakan, keadilan dan kebenaran, kota ini beralih pada kami. Selama empat sifat itu dimiliki dan diamalkan kaum muslimin, maka mereka akan mempertahankan kota ini. Tetapi jika sifat-sifat itu terpisah dari Islam, maka tempat ini akan berpindah tangan sekali lagi.” ‘Umar kemudian melanjutkan, “Ketika hal itu terjadi (perpindahan tangan Jerusalem), kaum muslimin seakan tepung dalam adonan dan yang merebutnya hanyalah sedikit garam”.
Perkataan ‘Umar terbukti benar adanya. Selama umat Islam memiliki keempat sifat ini dan hidup dalam kasih sayang dan memberikan ketentraman kepada orang lain, kedamaian akan ditemukan dalam Islam. Namun apabila keadilan ini berubah, keadilan akan hilang, maka tibalah saatnya kita tidak menemukan kedamaian dalam Islam dan di dunia.
Rasa kasih sayang dan perdamaian adalah kekuatan Islam, yang akan memberikan kekuatan dan kedamaian pada seluruh dunia. Inilah yang menaklukan dunia: dengan menaklukan hati dengan cinta. Pedang tidak akan menaklukan dunia; cinta lebih tajam dari pedang. Cinta itulah pedang agung nan lembut; pedang hanyalah ilusi ego dan kekuasaan.
Dan rahmat-Nya pun mendahului murka-Nya.
Hamba mohon ampunan-Mu.
Hamba mohon pertolongan dan rahmat-Mu.
[]
dari content website lama paramartha
0 comments On Umar dan Uskup Yerusalem
Kalau orang islam pahan dengan agamanya tahu makna dan tujuan sholat insyaallah negara ini akan makmur, tetapi kalau hanya kenal kulit tidak akan mendapatkan isinya ya.. beginilah kondisi bangsa sekarang ini, carilah Allah tuhan semesta alam bukan sholat, haji , alquran, sholawat, harta, nafsu yang dipertuhankan. saya senang sekali membuka suluk ini
salam sahabat sekalian…bagi saya insya Allah bisa kalo ada niat yang tulus dari kita dan “mereka”…dan semoga Allah meridhai niat yang tulus itu…amin:mrgreen:
Subhanallah…
semoga Allah selalu melimpahkan rahmat serta kesehatan untuk Mas Herry, untuk bisa berbagi tulisan-tulisannya kepada kami.
mata saya sampai brebes mili, mengingat kepada diri sendiri, sejauh mana sih kita bisa menjadi muslim(ah) yang lebih baik lagi ? yang tidak menilai sesuatu dari kulitnya saja, untuk lebih banyak menggali kedalam diri sendiri
kebetulan di tempat kerja saya menampilkan banyak ragam kehidupan, kalau tidak hati-hati, kuatir hati ini tergelincir merasa lebih baik dari yang lain, astagfirullah ….
Ray Raihana
Assalamu alaikum Wr. Wb.
artikel menarik yg menunjukan islam sbg ‘rahmatan lil alamin’.
mohon ijin mengutip untuk blogku, spy rekan2ku yg minhum bisa memahami keindahan Islam.
Insya Allah sumbernya dicantumkan!
SUbhanallah….. apakah masih ada hal seperti itu di dunia ini, apakah mungkin seorang presiden rela bergantian menjadi supir pribadi, karena supirnya kelelahan.. IMPOSIBLE itu ada sekarang.
Ya ALLOH, yang MAHA KAYA akan Pengetahuan….
yang MAHA ADIL dalam segala Perkara
yang MAHA INDAH dalam tiap Ciptaannya,…
Berikanlah kekuatan bagi Ummat Islam untuk bisa menciptakan kedamaian, Teguhkanlah Ummat Islam dalam setiap Ajarannya, dan semoga Kami Ummat Islam Terhindar dari Fitnahnya Dajjal (:evil:) yang menggelincirkan ummat manusia ke dalam kesalahan… Amin Ya ALLOH….ya Robbal Alamiin..
Boleh. Jangan lupa cantumkan penulis dan sumbernya ya (link). Kalo nggak ntar saya diomeli penulisnya 🙂
sungguh suatu artikel yang menarik,,harus dibaca oleh semua orang
apakah boleh kalo saya mengutipnya di blog saya?
tulisan kamu ini sangat menyentuh jiwa saya yang paling dalam..saat negara saya sendiri dilanda krisis murtad..orang melayu di malaysia banyak yang murtad diam-diam murtad bukan kerana salahnya agama islam tetapi atas dasar mengejar nafsu dan dunia yang fana ini.saya percaya islam akan tetap hidup dalam jiwa-jiwa yang tenang dalam jiwa-kiwa yang ikhlas dalam mencari tuhannya dan kepingin kembali menyatu dengannya.:lol: